Selasa, 23 Desember 2008

Sekolah dan Kehidupan

Sekolah dalam definisi sederhana, antara lain, dapat disebut sebuah lembaga atau tempat belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Di sekolah seseorang dapat menimba ilmu dengan segala jurusannya: jurusan dagang, teknik, guru, pertanian, agama, dst. Di sekolah formal, setelah seseorang mendapat pelajaran, ia akan mengikuti ujian. Hasil ujian itulah yang menentukan apakah dia pantas lulus atau tidak. Nilai dari ujian itulah yang menetapkan dia pantas naik kelas atau tidak. Singkatnya, di sekolah seseorang mendapat pelajaran --> mengikuti ujian -->lulus/gagal. Di sekolah, kesempatan seseorang untuk lulus lebih dari 90%, karena materi untuk menjawab soal-soal ujian sudah diberikan terlebih dahulu pada saat seseorang belajar. Jika dia belajar dengan sungguh-sungguh dan menguasai seluruh pelajaran yang diberikan oleh pengajar, sebagian besar--atau bahkan semua--soal akan dapat dilahapdengan tuntas, sehingga lulus atau naik kelas dengan nilai yang membanggakan bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Sementara di dalam konteks kehidupan, untuk mencapai kesuksesan atau kemenangan, seseorang akan mengalami tahapan yang berbeda dengan tahapan yang dilalui di sekolah. Di dalam kehidupan, tahapan pertama yang dilalui seseorang adalah mendapat ujian. Ujian--atau dalam bahasa agama juga disebut dengan cobaan--yang diterima seseorang di dalam hidupnya bisa berupa sandungan, tantangan, atau kegagalan demi kegagalan. Seseorang yang dapat melalui ujian dengan baik, ia akan dapat melalui pelajaran: yaitu mengambil pelajaran dari ujian yang telah ia alami. Mengambil pelajaran dari ujian demi ujian yang dia hadapi, dapat menjadi modal besar bagi dia untuk meraih sebuh kesuksesan, karena setidaknya dia tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya, atau bahkan dia sudah dapat memprediksi dan mengantisipasi kesalahan-kesalahan yang dimungkinkan terjadi. Peluang besar untuk sukses hanya dimiliki oleh orang-orang yang dapat belajar dari ujian yang dia hadapi dalam kehidupannya. Sebab orang yang mau mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam hidupnya, tidak akan mudah menyerah pada kehidupan.

Oleh karena itu, Eka Rasa Defaira, Direktur P.T. Pena Pundi Aksara, mengungkapkan dalam sebuah momen bahwa kemenangan menjadi sangat berharga dalam hidup bukan karena seseorang tidak pernah gagal, melainkan bagaimana dia dapat bangkit, bergerak, dan berjuang setiap kali menemui kegagalan.

So, meraih kesuksesan di dalam kehidupan tidak semudah meraih kesuksesan di bangku sekolah. Karena di bangku sekolah, seseorang sudah dicekoki seluruh materi yang kelak menjadi jawaban atas seluruh soal yang akan diberikan di dalam ujian. Sedangkan dalam kehidupan, seseorang harus mencari sendiri pelajaran atau jawaban atas ujian yang dia hadapi.

Kerapkali realitas kehidupan yang dihadapi seseorang tidak sesuai dengan keinginan yang terpatri di hatinya. Tak ubahnya, seperti angin yang sering berembus ke arah yang tidak diinginkan oleh kapal yang hendak berlayar. Itulah pesan seorang pujangga Arab mengingatkan kita tentang realitas kehidupan ini. Mâ kullu mâ yatamannal-mar`u yudrikuhu, ta`tir-rîhu bi-mâ lâ tasytahi as-sufun.

Selamat belajar atas setiap ujian yang dihadiahkan kepada kita, untuk menjadi bekal kita meraih sebuah kesuksesan yang kita impikan.

Rabu, 10 Desember 2008

Korupsi Gak Sengaja

Kemarin (9/12) merupakan Hari Antikorupsi Sedunia. Saya sendiri belum pernah memiliki kasus dengan yang bernama korupsi. Setidaknya saya belum pernah terbukti melakukan korupsi. Pikir singkat saya, bagaimana saya bisa melakukan korupsi, wong kesempatan untuk berkorupsi tidak ada, kukakaka. Itu kalau dikaitkan dengan korupsi dalam skala besar, seperti mengoruspi uang miliyaran seperti banyak diberitakan di media massa, yang biasa dilakukan oleh orang-orang berdasi dan bergaji--sebut saja--puluhan atau ratusan juta.
Korupsi--yang dalam definisi sederhananya sebagai tindakan penyelewengan atau penyalahgunaan uang (dan sejenisnya) milik perusahaan (dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain--tidak hanya berlaku dalam ranah partai besar, atau dalam konteks uang dan harta kekayaan saja.

Jika ditilik dari definisinya, korupsi yang berarti penyelewengan atau penyalahgunaan bisa juga berlaku dalam ranah waktu. Korupsi waktu berarti penyalahgunaan waktu. Dengan begitu, penggunaan waktu dinas (bekerja) untuk urusan pribadi dapat disebut tindakan korupsi.

Meskipun tindakan korupsi waktu tidak dapat menyeret pelakunya ke LP, pengadilan, dan sejenisnya, tindakan tersebut tetap masuk dalam kategori tindakan yang dapat merugikan perusahaan dan orang lain. Pastinya, ia merupakan tindakan yang tidak terpuji.

Dalam konteks mengorupsi waktu, seseorang--sebut saja seseorang itu adalah saya heheh --bisa saja tidak sadar bahwa dia telah melakukan tindak korupsi yang membawa dirinya telah melakukan tindakan dosa dan selanjutnya mengonsumsi harta yang tidak halal yang kelak menjadi darah-dagingnya.
Saya mencoba mengilustrasikan pengorupsian waktu dalam konteks perusahaan dengan mengalkulasikan gaji (dan sejenisnya) yang diberikan oleh perusahaan dan waktu (baca: jam kerja) yang harus dibayarkan oleh seorang karyawan kepada perusahaan. Sebut saja gaji yang diberikan oleh Perusahaan adalah Rp2.000.000 untuk jam kerja 8 jam. Agar tidak terjadi tindakan korupsi (dalam hal ini waktu), seorang karyawan harus bekerja untuk perusahaan selama 8 jam. Jika selama rentang waktu 8 jam, seorang karyawan melakukan hal-hal yang menguntungkan pribadi atau orang lain (bukan perusahaan), disadari atau tidak ia telah melakukan tindakan korupsi, karena ia telah melakukan penyalahgunaan waktu. Sesebentar apa pun, misalnya hanya satu menit, dia melakukan penyelewenangan waktu, ia telah melakukan tindakan korupsi.

Seorang yang melakukan korupsi satu menit saja selama satu hari kerja (8 jam) atau selama satu bulan kerja, ia telah merusak kualitas (kehalalalan) jam kerja yang lain selama satu bulan itu.
Jika ia telah melakukan korupsi waktu selama satu menit, berarti bayaran yang ia terima untuk satu menit menit tersebut sudah berubah dari halal menjadi haram. Agama tidak menolerir kuantitas perbuatan haram, sedikit atau banyak sama-sama haram (qalîluhu wa katsîruhu harâm). Sebut saja bayaran yang dia terima untuk satu menit sebesar 208 perak (hasil pembagian Rp2.000.000 yang dia terima selama satu bulan kerja. Misalnya, Rp2.000.000 [dibagi] 20 hari kerja [dibagi] 8 jam [dibagi] 60 menit = 208 perak).

Agama juga menyebutkan, jika uang haram bercampur dengan uang halal maka seluruhnya akan menjadi haram (idzâ ijtama'a al-halâlu wal-harâm gullibal-harâmu). Jika seorang karyawan menerima gaji Rp2.000.000 selama satu bulan, dengan komposisi uang haram sebesar 208 (karena telah mengorupsi waktu kerja selama satu menit) dan uang halal sebesar Rp1.999.792, maka uang yang 1.999.792 juga ikut haram karena bercampur dengan uang haram. Dengan begitu, gaji yang ia terima sebesar Rp2.000.000 adalah gaji haram. Na'ûdzubillah min tilka.

Jumat, 21 November 2008

Jejak Langkah Menuju Keberhasilan

Banyak jalan untuk meraih keberhasilan. Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk meraih keberhasilan yang diimpikannya. Bisa jadi, setiap orang memiliki cara yang berbeda dengan cara yang digunakan oleh orang lain. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, seseorang sudah menggunakan banyak cara sebelum menemukan cara yang tepat untuk meraih keberhasilan. Bisa dengan belajar dari kesalahan-kesalahan (pengalaman) sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain yang telah suskes menggenggam keberhasilan. Setidaknya, menjadikan pengalaman orang lain itu sebagai bekal untuk menguak jalan menuju keberhasilan. Sebab, ada sebuah pameo mengungkapkan: experience is the best teacher 'pengalaman adalah guru yang terbaik'.

Salah satu cara untuk meraih keberhasilan adalah cara yang digunakan oleh Pak Ardy, seorang profesional yang telah bergelut di dunia bisnis selama 20 tahun. Menurut Pak Ardy, untuk dapat meraih keberhasilan ada beberapa langkah yang harus ditempuh. Berikut ini beberapa pointer yang sempat saya catat dari materi yang disampaikan oleh Pak Ardy pada acara "berbagi pengalaman" dengan teman-teman Tim Produksi Pena, pada Rabu, 19/11 kemarin (Kalo salah dikoreksi ya Pak Ardy, he3.)

Pertama, harus memiliki modal.
Orang yang ingin meraih kesuksesan, harus memiliki empat (4) modal berikut ini.
1. Paradigma.
2. Pola pikir (positif).
3. Motivasi.
4. Orientasi kerja.

Kedua, menyadari sesuatu yang tidak terelakkan. Seorang yang bergelut di dunia bisnis, harus menyadari dua hal yang tidak dapat ditawar sehingga kita harus dapat menyikapinya dengan baik dan benar. Dua hal yang tidak terlakkan itu:
(1) Waktu. Waktu merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar. Ia akan terus bergulir, dan kita—sebagai manusia—tidak dapat menghentikan lajunya. Kita harus dapat "mengendalikan" waktu dengan baik. Sebuah pepatah Arab mengatakan, al-waqtu kassaifi, in lam taqtha`hu, qatha'aka 'waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak menebasnya, ia akan menebasmu'. Seseorang yang ingin sukses harus benar-benar dapat mengelola waktu dengan baik karena seseorang memiliki batas usia dan tingkat produktivitas.
(2). Persaingan. Semakin hari semakin banyak lulusan luar negeri yang setiap saat dapat menggeser eksistensi kita jika kita tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Di samping itu, peluang seamakin luas. Karena itu, untuk menghadapi persaingan ini dengan sehat, kita harus agresif dan berkoneksi.

Ketiga, membuka mata atas fakta yang terlihat saat ini.
Fakta yang terlihat sekarang adalah hal penting yang tidak dapat diabaikan salah satunya. Bahkan, jika salah satu dari kedua hal penting itu gagal, besar kemungkinan akan mengancam salah satu hal penting yang lain. Dua hal penting itu adalah (1) tuntutan pekerjaan dan (2) tuntutan hidup.

Dalam menghadapi tuntutan pekerjaan, kita harus bekerja dengan efektif, memiliki multi skill, inovatif, inisiatif, dan selalu mengaupdate teknologi.

Sementara dalam menghadapi tuntutan hidup, kita harus menyadari bahwa biaya hidup tinggi dan serba penting. Tapi, tidak hanya cukup disadari, tapi juga harus diantisipasi:)


Keempat, memiliki paradigma yang benar, memiliki rencana yang tepat, menetukan pengetahuan dan ilmu yang harus dikuasai, dan mengetahui cara bertahan.

Paradgima yang benar dalam konteks pekerjaan adalah harus membedakan antara profesi dan pekerja sehingga kita dapat menentukan dan memilih kita mau menjadi profesional ataukah menjadi pekerja saja. Karena terdapat perbedaan yang mencolok antara profesional dan pekerja. Pekerja itu (1) fokus pada kegiatan, (2) pasrah/menolak perubahan, (3) berorientasi pada waktu dan upah, (4) mengikuti apa yang sudah ditetapkan, (5) berorientasi pada jangka pendek, dan (6) ada batas masa berlakunya.
Sementara profesional, (1) fokus pada keahlian, (2) mengantisipasi perubahan, (3) berorientasi pada hasil, (4) mengasah kreativitas, (5) berorientasi pada jangka panjang, dan (6) selalu dicari dan dibutuhkan.

Setelah memiliki paradigma yang benar, kita harus memiliki rencana yang tepat, yaitu dengan cara menentukan langkah berikut ini.
1. Membuat dan memiliki visi pribadi. Visi pribadi yang kita buat harus konkret dan solid, yang bisa dibuat dengan cara menyendiri sambil merenung, mendengarkan suara hati, menggunakan alat bantu yang bisa menimbulkan inspirasi, dan berdoa.
2. Membuat target. Target yang kita susun harus diterjemahkan ke dalam kegiatan nyata, yakni dengan cara melakukan tindakan nyata, lalu mengevaluasi kemajuan yang telah kita lakukan.
3. Mengelola waktu dengan baik. Ingat: al-waktu kassaifi, in lam taqtha`hu, qatha'aka 'waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak menebasnya, ia akan menebasmu'.

Jika kita sudah memiliki rencana yang tepat, kita harus mempelajari ilmu dan pengetahuan berikut ini.
1. Tingkatkan keahlian teknis dan nonteknis.
2. Keahlian memimpin.
3. Keahlian berkomunikasi.
4. Keahlian mengambil keputusan dan membuat kebijakan yang benar.
5. Keahlian berinteraksi dengan orang lain.

Ketika kita sudah menguasai pengetahuan yang harus kita miliki, kita harus menguasai cara bertahan. Pertahanan yang kukuh dapat dilakukan dengan menguasai hal berikut ini.
1. Berpikir positif.
2. Mengubah kegagalan menjadi batu loncatan untuk berhasil.
3. Mengatasi stres.
4. Mengambil risiko.

Teori tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak mewujudkannya dalam bentuk aksi. Mari kita melangkah mulai dari sekarang sambil mengingat pesan Pak Ardy: "Setiap orang yang memiliki sudut pandang, motivasi, dan cara yang positif akan lebih mudah dan ringan dalam menghadapi kehidupan." Bismillah!

Rabu, 19 November 2008

Give and Take

Ternyata, sudah banyak perkembangan pesat di lingkungan sekitar yang tidak mampu saya ikuti. Salah satunya, perubahan prinsip take and give ke prinsip give and take. Perubahan ini, bukan hanya sebatas pemindahan kata yang semula disebut terakhir (give) kemudian disebut pertama kali, menjadi give and take. Prinsip take and give cenderung membuat seseorang pasif dan menyesuaikan dengan lingkungan. Ia akan memberikan sesuatu sesuai dengan kadar yang telah ia terima dari lingkungannya. Tidak lebih. Disebut pasif, karena apa yang ia lakukan merupakan reaksi dari aksi yang dilakukan oleh orang lain.

Sementara prinsip give and take merupakan tindakan aktif yang berupaya memberi sesuatu kepada lingkungan tanpa memikirkan balasan yang akan diberikan oleh lingkungan. Meskipun mengharapkan balasan, setidaknya prinsip ini telah menggugah seseorang untuk memberi (apa pun), jika ia ingin menerima sesuatu yang setimpal. Pemberian yang diberikan berdasarkan inisiatif, sering mendapat balasan yang lebih banyak dari yang seharusnya.

Memberi yang saya maksud adalah memberi dalam pengertian yang seluas-luasnya. Bukan sekadar memberi dalam bentuk materi. Tetapi, masih dalam koridor memberi yang positif. Setidaknya, tidak merugikan orang lain. Bisa kontribusi ide, pemikiran, kritik konstruktif, gagasan, tenaga, dan sebagainya.

Tanpa mendapat balasan pun, ketika memberi orang yang memberi akan mendapatkan banyak hal positif. Orang yang memberi itu: lebih gembira (ada kepuasan batin karena sudah dapat membantu orang lain. Apalagi kalau pemberian yang ia berikan memang sangat diharapkan oleh orang lain), lebih mulia (tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah), lebih kuat, lebih semangat, lebih kreatif, lebih tawakal, lebih berani, lebih percaya diri, lebih berwawasan, berpengalaman, lebih ceria, lebih segar, lebih tenang, dan lebih sukses. lebih... lebih... dan lebih-lebih yang lainnya. Hanya poin-poin itu yang disampaikan oleh Pak Ardiansyah, salah seorang advisor PT Pena Pundi Aksara tempat saya memberi :) saat ini, dalam training untuk divisi produksi pada Selasa kemarin. Lebih-lebih yang lain pasti masih berserakan. Sebut saja, orang yang memberi akan lebih sayang dan lebih mendapat rasa sayang. Rasulullah saw. membenarkan dan menganjurkan lebih yang terakhir ini melalui sabda beliau,
Tahâdau, tahabbû 'saling memberilah, niscaya kalian semakin saling menyayangi'. (HR Baihaqi)

Yuks, kita mencari lebih-lebih yang lain :)

Sabtu, 18 Oktober 2008

Pena Cuci Gudang

"Buku Pena bagu2 ya, tapi mahal, hehe," seloroh teman saya yg
menyatakan tertarik untuk memiliki buku2 Pena, tapi koceknya
terbatas.


Padahal, harga buku2 Pena sudah sesuai dengan kualitas produk yang
dijual, baik dari segi perwajahan, isi, pengetahuan yang
disajikan.


Mungkin ada beberapa fans Pena yang lain yang memiliki pengalaman
yang sama dengan teman saya itu.



Teman saya dan beberapa pembaca buku2 Pena yang memiliki
pengalaman yang sama dengan teman saya itu tak perlu khawatir lagi
karena Pena saat ini sedang banting harga buku dan Al-Qur`an gila2an. Pena
menjual produk2nya dengan diskon 45 hingga 70%.


Mumpung Pena lagi cuci gudang, Anda yang berminat untuk memborong
produk2 Pena, buruan datang, khawatir ga kebagian. Kesempatan ini
bisa jadi hanya datang sekali: tanggal 20 Oktober s.d. 5 November
2008; pukul 09.00 s.d. 17.00.



Datang langsung ke gudang Penerbit Pena di Jl. Cempaka Putih
Tengah XVIII, no. 12 Cempaka Putih, Jakarta Pusat, 10510, Anda
dapat memborong buku2 keislaman bermutu, seperti Fiqih Sunnah, Candu Shalat,
Arabic Kamasutra, Ensiklopedia Doa dan Zikir, Keluar dari Kemelut
Hidup, Panduan Shalat Lengkap, Aku Mohon Petunjuk-Mu, Bukan Shalat Biasa, dan Tafsir
Qur`an Wanita.

Anda yang ingin melihat katalog dan harga setelah diskon buku2 Pena lebih detail, sempatkan berkunjung ke http://katablogpena.wordpress.com/




Sampai jumpa di kantor Penerbit Pena! Menyesal kemudian tiada arti lho:)

Sabtu, 20 September 2008

Sedekah; Kerabat Dulu, Baru Orang Lain

Hari-hari Ramadhan berlalu begitu cepat. Perpindahan juz ke juz Al-Qur`an yang saya baca tidak dapat mengimbangi perpindahan hari-hari Ramadhan yang telah berlalu. Lumayanlah masih sempat membaca. Daripada tidak. Saya sih selalu mengedepankan kualitas daripada kuantitas bacaan. Ngeles? Boleh dibilang begitu. Tetapi, saya tidak mau sekadar membaca ayat-ayat Al-Qur`an, sedang saya tidak mengetahui arti dan maksudnya. Al-Qur`an untuk saya baca dan untuk saya pahami. Paham terhadap isi Al-Qur`an merupakan jalan menuju pengamalan terhadap firman Tuhan itu. Pendek kata, saya tidak mungkin dapat mengamalkan isi Al-Qur`an, jika saya tidak dapat memahaminya!

Saya tidak mau membaca Al-Qur`an sebagai ritual belaka! Membaca Al-Qur`an bisa memperoleh pahala, itu pasti. Tetapi, jika kita dapat membaca dan memahami, apalagi mengamalkannya, tentu pahala yang kita dapatkan lebih afdhal!

Ketika bulan Ramadhan tahun ini memasuki sepuluh hari pertama, saya membaca suatu ayat yang merupakan bagian surah kedua di dalam Al-Qur`an. Membaca ayat itu, membuat saya memutuskan untuk tidak meneruskan bacaan saya ke ayat berikutnya. Saya memutuskan untuk menutup bacaan saya pada hari itu di ayat ke-177. Saya lebih memilih membuka sejumlah referensi yang saya baca, untuk menggali maksud yang sebenarnya dari ayat yang ke-177 surah al-Baqarah itu.

Menurut versi Depag, edisi 2002, terjemahan ayat ke-177 itu adalah sebagai berikut.

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (al-Baqarah [2]: 177)

Dalam ayat di atas, maksud yang belum saya pamahi dengan benar adalah penjelasan tentang pemberian harta yang disenangi oleh seseorang kepada (1) kerabat, (2) anak yatim, (3) orang-orang miskin, (4) orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), (5) peminta-minta, dan (6) untuk memerdekakan hamba sahaya.

Selama ini, pertanyaan yang sering menghinggapi saya adalah apakah dalam memberikan (baca: menyedekahkan) harta yang kita senangi, kita boleh menentukan sendiri pihak yang akan menerima harta kita: (misalnya) boleh diberikan kepada orang-orang miksin, meskipun masih ada anak yatim atau kerabat yang fakir? ataukah kita memberikan harta sesuai dengan skala prioritas sesuai urutan penyebutan pihak penerima sedekah di dalam ayat di atas: (misalnya) sebaiknya kita tidak menyalurkan harta kita kepada anak yatim selama masih ada kerabat yang membutuhkan?

Dari sejumlah referensi, terutama kitab-kitab tafsir, yang saya baca terkait dengan ayat di atas, saya dapat mencatat dua hal yang patut kita perhatikan dalam mengeluarkan harta kita. Pertama, harta yang kita keluarkan adalah harta yang kita senangi. Penjelasan ini juga dikuatkan dengan firman Allah swt. di dalam surah Âli 'Imrân, ayat 92.

Kedua, kita memberikan harta kepada golongan yang disebutkan di dalam ayat tersebut sesuai dengan prioritas yang disebutkan di dalam ayat tersebut. Prioritas yang dimaksud adalah sesuai dengan urutan penyebutan golongan tersebut. Kerabat lebih prioritas daripada anak yatim. Anak yatim lebih prioritas dari pada orang-orang miskin. Orang-orang miskin lebih prioritas daripada musafir. Dan begitu seterusnya. Karena itu, jika kita hendak menyedahkan harta kita, sejatinya kita merangkingkan golongan yang berhak menerima sedekah yang disebutkan di dalam ayat tersebut sebagai berikut.

1. Kerabat (yang fakir).
2. Anak yatim (yang fakir).
3. Orang-orang miskin.
4. Musafir.
5. Peminta-minta.
6. (Biaya) untuk memerdekakan hamba sahaya.

Dalam menyalurkan harta, jika memang terbatas, sebaiknya diberikan kepada pihak penerima nomor satu terlebih dahulu, sebelum diberikan kepada pihak penerima nomor dua. Jangan dilongkap! Jika di antara kerabat kita masih ada yang membutuhkan bantuan finansial dari kita, kita harus lebih memerhatikan mereka. Mereka lebih berhak untuk mendapat perhatian dan menerima bantuan kita, daripada pihak penerima sedekah yang lain. Hal itu karena kita yang lebih bertanggung jawab untuk mengayomi kerabat dan atau keluarga kita daripada orang lain.

Kita berdosa dan akan dituntut di hari Kiamat kelak, jika kita mengurangi hak-hak atau kesejahteraan kerabat atau keluarga kita demi mengalokasikan harta untuk diberikan kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin, dengan kedok hendak mengayomi. Mengayomi anak yatim itu baik, tetapi mengayomi dengan cara seperti itu tidak benar: baik belum tentu benar!

Di sisi lain, memberikan harta kepada kerabat memiliki keistimewaan daripada memberikan harta kepada selain kerabat. Rasulullah saw. menegaskan bahwa ketika seorang muslim memberikan sedekah kepada orang miskin, sedekah yang ia berikan hanya bernilai sedekah, tetapi jika ia memberikan sedekah kepada keluarga atau kerabatnya, selain ia mendapat pahala sedekah, ia juga mendapat pahala menyambung silaturahmi (shadaqatuka 'alal-miskîn shadaqatun, wa 'alâ dzawî rahimika shadaqatun wa shilatun). Begitu hadits riwayat Baihaqi.

Dalam konteks perusahaan, posisi karyawan dalam sebuah perusahaan, menurut hemat saya, sama dengan posisi kerabat. Ketika perusahaan memiliki alokasi dana untuk disedekahkan, seyogianya dana itu disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak untuk menerima sesuai prioritasnya. Sebelum diberikan kepada anak yatim, orang-orang miskin, musafir, peminta-minta, harus dipastikan terlebih dahulu apakah para karyawan dari perusahaan tersebut sudah tidak ada yang membutuhkan bantuan untuk menutupi kebutuhan primernya?

Mengukur karyawan yang membutuhkan bantuan atau tidak, salah satunya, dapat dilakukan dengan memerhatikan gajinya. Sudahkah gaji yang ia terima mengantarkannya pada level kehidupan nyaman, ataukah gaji yang ia terima tidak dapat membuatnya keluar dari level mencari aman, atau bahkan mencari selamat.

Hemat saya, sebuah perusahaan sudah layak menyalurkan sedekahnya kepada nonkaryawan, seperti anak yatim dan orang-orang miskin, jika para karyawannya sudah berada di level nyaman, lebih-lebih jika sudah berada di level senang dan bahagia.

Jika kita menggarisbawahi hadits riwayat Baihaqi di atas, dapat kita analogikan bahwa jika perusahaan memberikan sedekah kepada nonkaryawan, perusahaan hanya akan mendapatkan pahala sedekah. Akan tetapi, jika perusahaan menyalurkan sedekahnya kepada karyawan, perusahaan akan mendapatkan dua pahala sekaligus, yakni pahala bersedekah dan pahala menjalin tali silaturahmi. Menjalin tali silaturami dapat diartikan, antara lain, dapat menumbuhkan sense of belonging dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

Semoga kita dihindarkan dari perilaku menyalurkan sedekah hanya demi mencari prestise, sementara orang-orang yang sebenarnya lebih berhak untuk menerima sedekah kita masih meraung-raung kelaparan. Amin.

Wallâhu waliyyut-taufîq.

(Oretan ringan ini sebagai pengantar diskusi mingguan di Divisi Produksi, Penerbit Pena, pada tanggal 20 September 2008)

Jumat, 12 September 2008

Transfusi Semangat

Dalam menghadapi kehidupan ini, saya membutuhkan motivasi. Bagi saya, motivasi adalah sebuah keniscayaan. Motivasi dapat menuntun saya meraih target yang hendak saya capai. Motivasi dapat membuat saya bangkit pada saat saya terjatuh. Motivasi dapat memberikan transfusi semangat. Motivasi membuat saya sadar bahwa saya harus keras terhadap diri saya, agar kehidupan lunak terhadap diri saya. Dan setumpuk fungsi motivasi lainnya.

Salah satu cara agar saya selalu mendapat motivasi adalah dengan cara berlangganan SMS Motivasi. Itu cara yang paling mudah bagi saya untuk mendapat motivasi. Pagi2 ketika bangun tidur, tinggal ambil hp, buka inbox sms, segera saya mendapat kata-kata motivasi yang terkadang membuat saya merinding, dan tak sabar ingin segera beraktivitas. Meskipun, tidak jarang sy bisa mendapatkan motivasi dari cara yang lain. Kalo kebetulan sedang ada pulsa, sy memforward sms motivasi itu ke beberapa temen. Tentu saja temen2 sy yg menggunakan kartu XL. Maklum, XL menyediakan fasilitas sms gretongan :)

Saya berlangganan sms motivasi pertama kali ke sms motivasi Motivator Nomor 1 di Indonesia: Andrie Wongso. Saya sempat mengodifikasi beberapa sms2 motivasi yg sy dapatkan dari Andrie Wongso. Berikut ini di antaranya.

· Jangan beri kesempatan pada diri sendiri untuk menunda2 sesuatu yg harus dilakukan. Pastikan untuk segera bertindak seperti yg telah Anda putuskan! Action is power!
· Kesuksesan kita hari ini tidak berarti besok kita akan meraih sukses lagi. Tanpa kesiapan dan berjuang lebih keras maka kesuksesan sulit kita pertahankan!
· Menggantungkan hidup dari belas kasihan dan bantuan orang lain adalah salah. Bagaimanapun keadaan kita, kita sendirilah yang bertanggung jawab atas kehidupan ini.
· Sering orang lain meremehkan kemampuan kita, itu hal biasa! Tidak perlu bimbang apalagi tersinggung. Yang penting, Anda tetap yakin dan tidak meremehkan diri sendiri!
· Sebuah sukses lahir bukan karena kebetulan atau keberuntungan semata; sebuah sukses terwujud karena diikhtiarkan melalui TARGET yang jelas, PERENCANAAN yang matang, KEYAKINAN, KERJA KERAS, KEULETAN, dan NIAT BAIK.
· Jangan takut gagal sebelum mencoba! Jangan takut jatuh sebelum melangkah! Kesuksesan milik orang yang berani mencoba. Ingat! Apa yang tidak mungkin seringkali belum pernah dicoba!
· Jangan meremehkan KESEMPATAN KECIL yang muncul di hadapan kita. Ingat! Justru KESEMPATAN KECIL seringkali merupakan awal dari kesuksesan yang besar!
· Kegagalan kita hari ini bukan berarti besok kita akan gagal lagi! Selama kita masih memiliki tekad dan target untuk diraih, kesuksesan besar selalu menanti.
· Kalau Anda LUNAK terhadap diri Anda, kehidupan akan KERAS terhadap Anda. Tetapi, kalau Anda KERAS terhadap diri Anda, kehidupan akan LUNAK terhadap Anda.
· 3 kunci BERANI sukses! 1. BERANI menentukan target! 2. BERANI mulai melangkah! 3. BERANI mewujudkannya hingga sukses! (Andrie Wongso)
· Sebuah prestasi yang telah kita raih, tanpa didukung dan dipelihara oleh karakter dan sikap mental yang positif, maka prestasi itu akan rapuh dan mudah runtuh!
· Yang penting bukan berapa besar dan beratnya masalah yang menimpa kita, tapi bagaimana sikap kita dalam memandang dan menghadapi masalah itu! TEGAR!!!
· Menganggap SUKSES hanyalah karena faktor keberuntungan semata adalah SALAH! Tetapi, berpikir bahwa sukses berada di luar jangkauan kita adalah SALAH TOTAL!
· ULET bukan sekadar sabar, pasif, apatis, pasrah, dan bertahan! ULET adalah tekad yang mengandung sikap antusias, gigih, tegar, proaktif, dan pantang menyerah!
· Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas! Jatuh, berdiri lagi! Kalah, bangun lagi! Gagal, bangkit lagi! Pastikan SUKSES dalam genggaman Anda!
· Orang sukses adalah mereka yang BERANI untuk menarik gambar sukses yang akan terjadi nanti ke dalam pikirannya saat ini dan sekaligus BERANI untuk mewujudkannya!
· Tidak usah kecewa dan frustasi jika hasil akhir usaha kita tidak maksimal. Lebih baik cari kelemahan dan kesalahan kita. Pelajari dan perbaiki lalu berjuang lagi!
· PASTIKAN! Memang di kehidupan ini tidak ada yang pasti, tapi kita harus berani untuk memastikan dan memperjuangkan hal-hal yang pantas kita raih. (Andrie Wongso)
· Penghambat kesuksesan kita bukan karena kekurangan-kekurangan yang kita miliki, tapi lebih karena tidak adanya KEYAKINAN yang kuat dan sikap PANTANG MENYERAH dalam mewujudkan cita-cita!
· Bagaimanapun buruknya keadaan kita, selama masih memiliki percikan api berupa TEKAD, maka tiada kata terlambat untuk memulai hidup baru dan menciptakan sukses yang baru!
· Memiliki cita-cita yang tinggi memang tidak menjamin seseorang dapat meraih kesuksesan, tapi orang-orang yang sukses pasti memiliki cita-cita yang tinggi.
· Jika TARGET sudah ditentukan tapi Anda tidak bertindak nyata karena takut gagal dan menanggung risiko, maka jangan bilang nasib Anda JELEK, dan nasib orang lain lebih BAIK.
· Miskin mental adalah sumber dari kemiskinan materi, jika tidap hari kita Cuma menggerutu, murung, pesimis, apatis, iri, dan malas, maka SUKSES akan menjauhi kita.
· Jika setiap bangun pagi, kita bisa mensyukuri dengan tulus apa yang telah kita miliki hari ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia.
· Kita boleh mengharapkan semua urusan berjalan dengan lancar, tapi jauh lebih baik bila kita siap mental dan berani untuk menghadapi setiap masalah yang datang kepada kita.
· Tidak usah sedih dan menyesali apa yang sudah lewat, tidak perlu takut dengan apa yang belum datang, yang penting dengan penuh semangat berbutlah yang terbaik pada saat sekarang.
· Kebanyakan orang gagal bukan karena tidak memiliki taltenta, modal, atau kesempatan. Mereka gagal karena tidak pernah menyusun rencana untuk mengisi kehidupan mereka dengan kesuksesan.
· Untuk membangun komunitas, baik keluarga, perusahaan, pemerintah, maupun komunitas-komunitas lainnya, mutlak diperlukan semangat kekompakan, kebersamaan, dan persatuan. Seperti sebuah pepatah tiongkok kuno yang mengatakan,”Bersatu adalah kekuatan". Tanpa kekompakan akan mudah retak rapuh dan tercerai berai.” Adanya persatuan yang dibangun berlandaskan pengertian dan kepercayaan antarpribadi, akan memunculkan kekuatan sinergi yang solid dan mantap. Dengan modal tersebut, sebuah komunitas akan bisa berkembang menuju keberhasilan yang mengagumkan
· Tidak cukup kita sekadar memiliki target untuk diraih, tapi dibutuhkan tekad baja, mental pantang menyerah, serta terus fokus, fokus, dan fokus dalam memperjuangkannya.
· Mental manusia ada 4 sikap: (1) pesimis pasif; (2) pesimis aktif; (3) optimis pasif; dan (4) optimis aktif. Pastikan Anda menjadi orang yang yang memiliki tipe ke-4.
· Hidup adalah serangkaian pilihan-pilihan yang dapat kita ambil setiap saat karena kita memiliki HAK untuk memilih, maka putuskan untuk memilih yang dapat Anda ambil!
· Yang penting bukan apa yang telah Anda pilih, tapi bagaimana Anda merealisasikan pilihan itu dalam tindakan nyata, agar apa yang Anda pilih dapat menjadi kenyataan sukses!
· Sesungguhnya peluang ada di mana-mana dan menghampiri siapa saja, tapi sebagian peluang itu menghampiri seseorang dalam wujud beban kehidupan sehingga banyak orang yang menghindarinya.
· Setiap orang merupakan ladang yang subur; jika kita bisa menanam bibit baik kepada orang-orang yang berhubungan dengan kita, maka kita akan memetik buah kebaikan yang berlimpah.
· Tiada sukses yang diraih tanpa keterlibatan orang lain. Karena itu, pandai membawa diri di setiap pergaulan adalah ilmu hidup yang mutlak dimiliki oleh setiap orang yang mau sukses.
· Semua materi di dunia ini tercipta oleh kekuatan pikiran manusia, maka arahkan pikiran dengan baik dan benar, karena apa yang Anda pikir itulah yang akan terjadi.
· Tidak perlu iri melihat orang lain maju karena sukses merupakan hak mereka juga! Mari kita berjuang lebih keras dan smart agar prestasi kita lebih baik daripada hari kemarin.
· Sukses sejati membutuhkan proses perjuangan yang habis2an. Jika Anda ingin cepat kaya dan sukses dengan cara pintas, Anda bisa salah jalan, frustasi, dan menyesal.
· Jika Anda berpikir Anda bisa sukses, Anda bisa sukses. Jika Anda berpikir Anda gagal, Anda akan gagal. KEYAKINAN DIRI mutlak ditubuhkan untuk meraih kesuksesan!
· Kekuatan pendorong terbesar bagi mereka yang mampu meraih sukses secara luar biasa adalah kuatnya tekad dan keyakinan diri bahwa mereka BISA dan MAMPU.
· Pada saat kita meraih kesuksesan, tidak perlu tinggi hati. Pada saat kita mengalami kegagalan, tidak perlu rendah diri. Pastikan tetap yakin dan berjuang! Be the best!
· Kalau Anda ingin menikmati kehidupan ini penuh dengan kesuksesan, maka Anda harus bebas dari kebimbangan, kekhawatiran, dan perasaan takut akan mengalami kegagalan!
· Selama kita memiliki tujuan besar untuk dicapai, kita tidak pantas untuk patah semangat di tengah jalan! Ingat, tidak ada sukses sejati dapat diraih tanpa melalui hambatan!
· Orang-orang yang sukses MAMPU untuk melihat dan mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang dibuatnya, sekaligus MAU untuk memperbaikinya dan BERANI mencoba lagi dengan cara yang berbeda!
· Pemimpin adalah teladan! Kalau memimpin dan mengatur diri sendiri saja tidak mampu, bagaimana mungkin kita bisa mengatur dan memimpin orang lain? BUKTIKAN!
· Keadaan sulit adalah tempat terbaik untuk kita sekolah. Semakin berat pelajarannya, tp jika kita semakin BERANI dan RAJIN dalam menghadapinya, maka gelar sukses pasti kita raih!
· Sama seperti hukum alam mengajarkan kepada manusia: kalau bibit-bibit sukses yang selalu DITANAMKAN di dalam pikiran kita, maka pasti kesuksesanlah yang akan kita TUAI!
· Jangan buang waktu untuk berkeluh kesah meratapi nasib jelek. Nasib ada di tangan kita. Tuhan pasti memberi jalan untuk kita yang mau berjuang keras untuk mengubah nasibnya.
· Tidak peduli apa pun pekerjaan kita, moral etika profesional harus dijunjung tinggi; hanya dengan integritas yang kuat, jenjang karier dan sukses dapat kita raih!
· Kita sering kali mencoba dan berusaha untuk mengubah dunia dan orang lain. Padahal, jauh lebih penting kita mengubah dunia yang ada di dalam diri kita sendiri.
· Dua hal penting yang dimiliki oleh pemenang: (1) mampu untuk memikirkan apa yang tidak dipikirkan oleh pesaing, dan (2) mampu untuk melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh pesaing.
· Jika memiliki kemauan kuat untuk sukses, maka sukses 50% sudah di tangan. Apabila ditambah dengan berjuang lebih keras secara nyata, SUKSES 100% akan menjadi milik Anda!
· Diperlukan 4K sebagai kekuatan untuk meraih hokie atau kesuksesan, yiatu (1) KEMAUAN, (2) KEMAMPUAN, (3) KESEMPATAN, dan (4) KARAKTER atau KEPRIBADIAN.
· Orang-orang yang pesimis hanya melihat kesulitan pada setiap kesempatan yang ada. Orang-orang yang optimis melihat dan menangkap kesempatan dalam setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
· Saat kita mengalami kemunduran, kekalahan, atau kegagalan, jangan mencari alasan pada kesalahan orang lain, tapi cari dulu kelemahan yang ada pada diri sendiri.
· Kesuksesan yang telah kita peroleh jangan membuat kita lengah, manja, dan lupa diri. Terus belajar untuk meningkatkan potensi diri agar kualitas sukses semakin tinggi!
· Efektifkan kekuatan Anda pada titik sasaran yang besar dan menantang di tempat dan pada kesempatan yang ada saat ini dengan cerdas, cermat, cekatan, dan berani!
· Jangan biarkan mental menjadi rapuh karena perasaan yang pesimis. Dengan tegas, usir sikap negatif yang melemahkan. Fokuskan terus pada titik target yang sudah Anda putuskan!
· Ketika merasa jenuh dan bosan, kita butuh istirahat sejenak. Tetapi, ingat! Istirahat bukan berarti berhenti, melainkan untuk menyegarkan dan bangkit berjuang lebih keras lagi!
· Bagi orang yang memiliki komitmen dan integritas yang tinggi, mereka tidak pernah merasa takut, ragu, atau bimbang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.
· Kegagalan adalah sebuah pendidikan. Semua penemuan spektakuler tercipta di dunia pasti ditemukan setelah melewati berbagai macam kegagalan dan kesulitan.
· Hari kemarin telah berlalu, hari esok belum datang, hanya HARI INI yang menjanjikan SUKSES bagi orang-orang yang mau dan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan TOTALITAS!
· Seseorang yang bekerja dengan mendedikasikan keahlian yang dimilikinya dengan rajin, disiplin, dan penuh kesungguhan hati, maka hasil yang akan dicapai pasti MAKSIMAL.
· Kehancuran manusia yang paling berat adalah hilangnya semangat hidup karena tidak memliki cita-cita untuk diraih. Jangan biarkan hidup menjadi layu. Tentukan TARGET!
· Pujian memang lebih nikmat daripada kritikan! Tapi, pujian dapat membuat kita lengah! Mari kita jadikan kritikan sebagai motivasi untuk membenahi diri agar kita dapat meraih sukses lebih tinggi!
· Satu hari tidak belajar itu kesalahan! Tiga hari tidak berlajar, itu kemunduran! Biasakan setiap hari belajar sesuatu yang baru demi kesuksesan hidup yang lebih bernilai!
· Mampu menerima apa adanya kita hari ini adalah bijaksana, tapi mau bangkit lagi dan mengembangkan diri dimulai dari apa adanya kita hari ini adalah KEBERANIAN.
· Dalam kehidupan ini, semakin jauh kita melangkah, semakin banyak masalah yang kita hadapi. Tetapi, semakin berani kita menghadapinya, semakin dewasalah mental kita.
· Tidak rendah diri ketika gagal. Tidak tinggi hati ketika meraih kesuksesan. Begitulah sikap orang sukses yang sejati. Karakter positif seperti itu harus terus dipertahankan!
· Jangan ada iri dan dengki melihat orang lain maju karena sukses juga hak mereka! Yang penting, kita harus berjuang lebih keras lagi agar bisa sukses lebih daripada hari kemarin.
· Setiap hari jangan ikuti pikiran yang hanya berkutat pada kekurangan dan kelemahan semata. Buang! Temukan kelebihan dan kekuatan Anda! Katakan, "Aku Bisa Sukses!"
· Jika TEKAD untuk sukses sudah kuat dan mantap, maka tiada kesulitan apa pun yang mampu menghalangi dan menggoyahkan semangat juang kita untuk meraih kesuksesan!
· Satu pelajaran yang paling berharga di dalam hidup ini adalah dapat meraih apa yang kita perjuangkan serta dapat mempertahankan dan menikmati apa yang kita dapatkan!
· Nasib kita hari ini bukan tercipta karena kebetulan, tapi akibat dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Agar besok nasib menjadi lebih baik, ambillah pilihan yang tepat dan sukseskan!
· Orang sering mengatakan bahwa hidup adalah sandiwara. Kita setuju atau tidak, yang pasti, apa pun peranan kita dalam kehidupan ini, kita harus memainkannya dengan sebaik-baiknya.
· Mereka yang kaya dan berbahagia, bukanlah mereka yang tidak memiliki masalah, melainkan mereka yang belajar dan bersyukur dalam kekurangan dan mampu menikmati proses perjuangan.
· Tidak memiliki uang dan harta, bukan berarti kita tidak mampu untuk memberi. Kekayaan sesungguhnya adalah kemampuan dari keikhlasan kita untuk memberi, bukan ketika kita menerima.
· Tidak peduli bagaimanapun keadaan Anda hari ini, dari keturunan siapa, berwarna kulit apa, dan apa pun latar belakangan pendidikan Anda; ingat! Anda memiliki hak untuk SUKSES!
· Duniawi selalu tunduk dan patuh serta memberi tempat layak bagi orang-orang yang memiliki kekayaan mental dan spiritual.
· Orang yang bisa tetap eksis dan sukses dalam menghadapi perubahan yang terjadi, hanyalah orang yang memiliki sikap mental untuk belajar dan memperbaiki diri secara konsisten.
· Bila motivasi dan semangat Anda sedang menurun, lakukanlah sesuatu! Bila Anda telah melakukannya, tapi keadaan juga tidak berubah, maka lalukanlah dengan cara yang berbeda!
· Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan orang lain karena kesuksesan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Sukses adalah hak kita!
· Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus kita miliki. Dengan bekal kegigihan dan usaha yang konsisten, kesusksesan tidak mungkin lepas dari cengkraman kita.
· Sebenarnya kedewasaan manusia bukan karena sekadar diperolehnya keberhasilan, tapi pada kemampuannya untuk menerima kerugian apa pun dengan jiwa yang besar.
· Success is my right! Bukan berarti kita mampu melakukan segalanya dengan sukses, tapi suatu keyakinan bahwa jika orang lain bisa sukses, kita pun punya hak untuk sukses!
· Tidak ada yang mutlak sempurna di dunia ini! Yang ada hanyalah melakukan segala sesuatu dengan lebih baik dan lebih baik lagi. Itulah makna aktualisasi diri!
· Saat orang kaya mental menghadapi rintangan dan kegagalan, mereka tidak akan mengeluh karena mereka sadar: tanpa berani menghadapi semua itu, sukses tidak mungkin diraih!
· Keadaan kita hari ini adalah akumulasi dari perbuatan kita pada masa lalu. Maka mulailah menabur kebaikan hari ini, saat ini! Demi kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang.
· Jangan membuat PUTUSAN saat kita sedang larut dalam emosi kemarahan yang belum terkendali karena dampaknya lebih negatif dan menyesalkan. Sabar! Sabar!
· Hidup terus berjalan ke depan, tapi kadang kita perlu sejenak menoleh ke belakang agar waspada dan tidak mengulang kesahalan-kesalahan yang dapat mengambil sukses kita di depan.
· Kelemahan manusia yang terbesar adalah menilai dirinya tidak berharga, padahal kita dilahirkan pasti punya sisi hebat yang tidak dimiliki oleh orang lain. Yakin!
· Dua kelemahan manusia: (1) diam ketika harus berbicara, dan (2) terus berbicara ketika ia harus diam. Mengetahui kapan harus diam dan kapan harus berbiacara adalah sikap bijak.
· Penyesalan tidak akan dapat mengubah apa pun, bahkan hanya menghambat langkah kita ke depan. Maka, berpikir matang sebelum bertindak harus selalu kita prioritaskan!
· Waktu yang dimiliki setiap orang sama, 24 jam sehari. Bagaimana memanfaatkan waktulah yang membedakan tiap orang; menjadikannya terhormat atau sekadar hidup tak bermakna.
· Hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk orang lain bukanlah membagikan kekayaan, tapi membantu mereka agar dapat menciptakan sukses dan memiliki kekayaan sendiri.
· Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah melakukan sesuatu. Jangan takut terhadap kesalahan, asal kita tidak melkukan hal yang sama untuk kedua kalinya.
· Asalkan kita menempuh proses perjuangan dengan jujur dan telah berupaya dengan maksimal, maka pada setiap hasil akhir, sukes atau gagal, pasti ada nilai pembelajaran yang didapat.
· Ada kalanya kesempatan tersembunyi di balik serangkaian hambatan, kesulitan, dan tantangan. Jangan diam menunggu, upaya terus agar kesempatan datang menghampiri kita.
· Kemiskinan sesungguhnya lebih merupakan menyakit pikiran dan ketidaktahuan kita tentang adanya hukum kesuksesan. Ingat, success is our right! Sukses adalah hak kita!
· Kalau kita bisa tersenyum lepas, kehidupan akan terasa lebih indah. Senyuman sederhana yang muncul dari hati yang tulus dapat memberikan kehangatan dalam segala suasana.
· Kita bisa mencari keseimbangan ketika terpeleset di jalan, tapi kalau kita terpeleset lidah, akibatnya bisa fatal. Maka perlu bijak dan hati-hati dalam beribicara.
· Saat menerima teguran dan kritikan, kita tidak perlu membuang energi untuk marah dan sakit hati. Lebih baik kita anggap sebagai pendorong untuk membuktikan kita MAMPU UNTUK BEPRESTASI!
· KEGIGIHAN adalah kekuatan tak ternilai yang membuat kita mampu untuk bertahan! Dengan tetap fokus kepada tujuan dan berjuang dengan kesungguhan hati, maka SUKSES akan kita RAIH!
· Kebiasaan yang baik sulit untuk dibentuk, tapi dapat memudahkan kehidupan kita. Kebiasaan yang jelek mudah untuk dibentuk dan dilaksanakan, tapi mempersulit keadaan kita.
· Temukan hal-hal yang baik dari orang lain, agar kita bisa menghargai kelebihan dan kesuksesannya dengan tulus, tanpa perasaan iri yang tersembunyi. Ingat, sukses juga hak mereka!
· Talenta sehebat apa pun tidak pernah dapat menggantikan ketekunan. Untuk sukses diperlukan ketekunan yang konsisten+talenta yang memadai sebagai formula pelengkap.
· Kesuksesan adalah sesuatu yang tidak didapat secara tunai. Kita harus mendapatkannya dg cara mencicil setiap hari, melalui serangkaian kebiasaan-kebiasaan positif dan usaha yang nyata!
· Manusia memiliki keterbatasan, maka lakukanlah yang terbaik yang dapat kita lakukan. Sukses sejati adalah pencapaian kepuasan jiwa karena mengetahui bahwa kita telah berbuat yang terbaik.
· Kita tidak pernah tahu kapan kemalangan akan datang akibat perbuatan buruk yang telah dilakukan. Hal yang dapat kita lakukan adalah menimbun perbuatan baik, setiap saat, dari sekarang.
· Ketika kita berjalan di jalan kegagalan, sebenarnya secara paralel jalan sukses berada di sampingnya. Maka, butuh keuletan mental kita untuk tidak rendah diri dan putus asa!
· Memang belum tentu kita bisa meraih sukses lebih baik pada esok hari, tapi kita bisa memastikan untuk menjadi orang yang lebih baik daripada hari kemarin.
· Orang sukses memiliki satu kelebihan cara untuk menghadapi setiap masalah yang datang menghadang. Orang gagal memiliki satu kelebihan alasan untuk memaklumkan ketidakmampuannya.
· Kebahagiaan adalah tujuan hidup setiap manusia. Selama kita tidak mengizinkan keadaan luar untuk mengganggu dan mempengaruhinya, maka rasa bahagia akan terjaga dan terpelihara.
· Ketika kita sukses, banyak penonton melihat ke kita. Sebagian itu berbahagia, tertawa, dan bertepuk tangan. Sebagian yang lain menunggu kapan kita jatuh. Hati-hatilah!
· Manusia menilai kesuksesan dari hasil pencapaian prestasi dan perolehannya. Tetapi, Tuhan menilai kesuksesan manusia dari kejujuran dan kesungguhan di setiap usahanya.
· Tanamkan di benak kita dua kata: BELAJAR & MENANG, maka mental sukses kita akan tumbuh. Jika kegagalan menghampiri, tiba saatnya untuk belajar dan bangkit! U are a winner!
· Memulai usaha sama dengan naik perahu di samudera lepas: penuh risiko dan perjuangan menuju pantai harapan. Saat berlabuh adalah saat istirahat sejenak untuk tujuan yang lebih jauh.
· Dimulai dari hal-hal yang kita suka, tekun, dan semangat tinggi, terus berusaha memperbaiki, maka apa pun yang kita kerjakan akan membuat waktu dan talenta kita lebih bernilai.
· Jika kita mengizinkan tiap kegagalan menciutkan nyali dan menutup diri karena malu, maka sesungguhnya kita telah menghalangi setiap jalan yang memungkinkan kita untuk maju.
· Ketika kesempatan mengetuk pintu, pemenang segera membuka pintu dan menyambutnya; sedangkan penggurutu mengeluhkan bunyi ketukan itu. Sukses datang untuk mereka yang siap!
· Jangan takut tidak bisa atau tidak sukses! Ingat! Orang2 sukses, BERASAL dari tidak bisa dan belum sukes! Karena mereka mau terus BERUSAHA dan BELAJAR, akhirnya bisa bisa sukses!
· Memang tidak mudah mencapai kesuksesan, tapi akan sulit bila kita malas mengerjakannya. Orang sukses menjadikan kesulitan sebagai hal yang paling menarik untuk diselesaikan.
· Berusaha menjadi kaya dan berhasil adalah cita-cita setiap orang. Cobalah menambah dengan puas diri, syukur, dan berbagi dengan sesama; maka lengkaplah penghargaan kita di depan Tuhan.
· Kesempatan tidak datang setiap saat. Butuh pematangan waktu. Kadang kita perlu menunggu sesaat, bukan dengan sikap pasif, melainkan dengan sikap proaktif, waspada, dan penuh kesiapan.
· Jangan hanya jadi pengumpul teori dan pemerhati kesuksesan orang lain. Teori sehebat apa pun harus diawali dengan keberaniaan untuk mencoba. Jadilah pelaku sukses yang diteorikan orang lain!
· Jangan hindari orang kesusahan yang datang kepada kita, karena sebenarnya dia adalah ladang yang subur untuk menanam kebajikan. Ingat! Kesempatan berbuat baik belum tentu datang kedua kalinya.
· Kapan waktu yang tepat untuk memulai? Setiap waktu! Karena sesungguhnya kita adalh orang yang sangat beruntung karena masih memiliki anugerah terbaik dari Tuhan, yakni waktu!
· Ada dua kata kunci agar seseorang menjadi mahir di bidang apa pun, yaitu BELAJAR dan ULANGI! Jika kita konsisten menjalaninya setiap waktu, maka peluang sukses pasti terbuka!
· Kegagalan bukan berarti kita orang yang gagal, hanya butuh kerja lebih keras untuk sukses. Karena seseorang tidak berakhir saat ia gagal, tapi berakhir ketika ia berhenti.
· Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera kita adalah benih penderitaan! Maka kita wajib menjaga dan memelihara rasa bahagia dengan mensyukuri semua berkah yang telah didapat.
· Bisa menghamburkan tapi tidak pandai mencari adalah tanda pemborosan. Bisa mencari tapi tidak bisa menggunakan adalah kekikiran. Bisa mencari dan memanfaatkan adalah kebijaksanaan.

Sabtu, 06 September 2008

Ngantor Hari Sabtu

Kerja hari Sabtu, bagi saya, sudah biasa. Akan tetapi, ngantor hari Sabtu, itu baru pengalaman pertama saya....

Selasa, 02 September 2008

Hidangan dari Tuhan

Hidangan dari Tuhan adalah terjemahan bebas dari kalimat maidah rahman. Pertama kali saya mengenal istilah maidah rahman ketika saya kuliah di Kairo. Maidah rahman adalah hidangan makanan gratis bagi orang yang berpuasa. Tidak hanya ta'jil, tetapi juga makanan berbuka lainnya. Menu yang disajikan beraneka ragam, bahkan ada yang sekelas hotel berbintang. Hidangan gratis itu dapat dipastikan disajikan di hampir setiap masjid di seantero Mesir. Bulan Ramadhan memang membawa berkah. Salah satunya, yang saya rasakan ketika itu, selama bulan Ramadhan tidak perlu mengepulkan dapur, tetapi perut dijamin membuncit selama bulan Ramadhan. Karena hidangan untuk buka puasa dan saur sudah tersedia. :D

Belum lagi pada sepuluh hari terakhir, harus pasang kuda-kuda untuk memburu zakat di masjid-masjid "potensial" di beberapa masjid dan di lembaga sosial kemasyarakat. Pikir saya sederhana, daripada zakat itu jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab. Konon, ketika itu, saya termasuk salah satu dari 8 golongan yang berhak menerima zakat, sebagaimana dijelaskan di dalam surah at-Taubah, ayat 60. Tapi, alasan yang paling tepat sih, karena kere :D

Hidangan dari Tuhan itu, ternyata, saya temukan di Jakarta juga. Ga jauh-jauh. Di dekat kantor tempat saya belajar sehari-hari. Tepatnya, di Masjid Al-Arif.

Menjelang buka puasa pada hari pertama bulan Ramadhan, teman sekatorku yang juga alumnus Kairo, menginformasian (lebih tepatnya mengajak kali ya. Betul kan Gus? :D) kepada saya bahwa di Masjid Al-Arif disediakan hidangan untuk buka bersama.
"Maidah Rahman, men?" tanyaku semangat.
"Betul," jawabnya.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung siap-siap menuju masjid. Saya mendadak rajin shalat magrib di masjid. :D

Itung-itung mengenang Maidah Rahman waktu jadi mahasiswa di Al-Azhar dulu. Duh, padahal alasan yang paling tepat dalam rangka efesiensi. Sekarang kan di mana-mana lagi musim efesiensi. Apalagi, bentar lagi mo mudik. Harga barang-barang pada melonjak, dan—pasti—transportasi ga mau kompromi. So, harus pinter-pinter menabung biar bisa lebaran bareng orang tua. Coz, di sini ga bisa berburu zakat seperti di Kairo dulu, hehehe.

Aku Mohon Petunjuk-Mu

Aku Mohon Petunjuk-Mu adalah judul buku terjemahan saya yang baru saja terbit. Buku ini merupakan panduan yang lengkap, bahkan sangat lengkap, untuk melaksanakan shalat istikharah. Dari detik pertama niat hingga detik terakhir melantunkan doa istikharah, semua dijelaskan secara teperinci. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Pena ini, memamaparkan macam-macam istikharah yang diperbolehkan oleh Islam, seperti beristikharah dengan cara melaksanakan shalat dan doa istikharah; beristikharah dengan cara melantunkan doa istikharah saja; beristikharah dengan berdoa istikharah setelah melaksanakan shalat sunnah yang lain (bukan shalat istikharah). Begitu juga tentang macam-macam istikharah yang dilarang oleh Islam, seperti beristikharah dengan menggunakan ramalan, membaca garis telapak tangan, dan beristikharah dengan menggunakan Al-Qur`an.


Selain itu, di dalam buku ini, kita akan mendapatkan penjelasan tentang waktu-waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat istikharah, agar petunjuk yang kita inginkan untuk menentukan satu di antara dua, atau banyak, pilihan yang sedang tebersit di dalam pikiran dan benak kita segera datang. Tentu saja, bukan hanya permasalahan yang berkaitan dengan pernikahan yang harus diistikharahkan, melainkan seluruh aktivitas yang diperbolehkan (baca: mubah). Istikharah tidak berlaku dalam konteks perbuatan wajib.

Orang yang telah melaksanakan istikharah, bukan berarti tidak perlu mendengarkan nasihat dan ide orang lain. Tindakan yang paling baik, menurut buku ini, adalah beristikharah lalu berkonsultasi atau meminta nasihat kepada orang lain tentang keinginan yang sedang diistikharahkan itu.

Sementara itu, doa istikharah yang diajarkan dan dibenarkan oleh Rasulullah saw. hanya doa dengan berikut ini.

Allâhumma innî astakhîruka bi-'ilmika wa astaqdiruka bi-qudratika wa as`aluka min fadhlika al-‘azhîmi, fa-innaka taqdiru wa lâ aqdiru wa ta’lamu wa lâ a’lamu wa anta 'allâmul-guyûbi. Allâhumma fa-in kunta ta’lamu hadzal-amra (sebutkanlah jenis urusan yang sedang diinginkan) khairan lî fî 'âjili amrî wa âjilihi—atau ia mengucapkan: fî dînî wa ma’âsyî wa 'âqibati amrî—fa-qdurhu lî wa yassirhu lî tsumma bârik lî fî-hi. Allâhumma wa in kunta ta'lamu annahu syarrun lî fî dîni wa ma'âsyî wa 'âqibati amrî—atau ia mengucapkan: fî 'âjili amrî wa âjilihi—fa- shrifnî 'anhu, wa-qdur lî al-khaira haitsu kâna, tsumma radhdhinî bi-hi.

Ya Allah, hamba memohon petunjuk pilihan kepada-Mu dengan sebab ilmu-Mu. Hamba memohon kepada-Mu agar Engkau menakdirkan kepadaku satu dari dua hal yang paling baik, dengan kekuatan-Mu. Sungguh, Engkau Zat yang Mahakuasa, sedangkan hamba adalah seorang hamba yang tidak kuasa; Engkau adalah Zat yang Maha Mengetahui, sedangkan hamba tidak mengetahui; Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusanku ini (sebutkanlah jenis urusan yang diinginkan) baik untuk duniaku dan akhriratku—atau ia mengucapkan: baik bagi agamaku, kehidupanku, dan akhiratku—maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan itu kepadaku, kemudian anugerahilah keberkahan kepadaku di dalam urusan itu. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkanlah jenis urusan yang diinginkan) buruk bagiku, agamaku, kehidupanku, dan akhiratku—atau ia mengucapkan: baik bagi duniaku dan akhiratku—maka palingkanlah hamba darinya, dan berikanlah kebaikan kepada hamba dengan bentuk apa pun, dan jadikanlah hamba dapat menerima dengan lapang dada atas kebaikan itu. []

Minggu, 27 Juli 2008

Telat Datang, Gaji Melayang

Al-Haqqu bi lâ nizhâmin, yaglibuhul-bâthil bi nizhâmin 'Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi'.

Ungkapan Ali bin Abu Thalib tersebut menegaskan urgensi pengorganisasian dalam menjalankan sebuah aktivitas. Perngorganisasian terdiri atas, antara lain, penyusunan rencana tugas (planning), pengaturan dan pembagian tugas (organizing & staffing), koordinasi dan pengontrolan (coordinating & controlling), dan evaluasi (evaluating). Pengorganisasian itulah yang akan menentukan kadar keberhasilan dari sebuah aktivitas.

Pengorganisasian itu mutlak dibutuhkan bagi sebuah lembaga atau perusahaan (atau yang sejenisnya) yang menginginkan kesuksesan–memimjam istilahnya dr. Boyke—spektakuler.

Menyadari hal itu, setahap demi setahap, Pena Pundi Aksara, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan Al-Qur`an, merancang dan menerapkan berbagai ketentuan dan aturan yang berlaku internal maupun eksternal.

Sejak terbentuknya HRD, yang beafiliasi ke Divisi Operasional, hampir setiap bulan lahir ketentuan dan aturan baru yang mengikat seluruh karyawan. Sebut saja, lahirnya RKA pada bulan Mei 2008, regulasi keterlambatan pada bulan Juni 2008, dan—terakhir—ketentuan pemotongan gaji bagi karyawan yang terlambat yang diwacanakan secara resmi oleh HRD pada bulan Juli 2008.

Kelahiran RKA (Rencana Kendali Aksi), sejauh pemantauan Segar, direspons positif oleh mayoritas karyawan Pena, terutama oleh para manajer atau kepala bagian karena lebih mudah, setidaknya, dalam melakukan monitoring aktivitas yang belum, sedang, dan telah berlangsung. Meskipun, sebagian karyawan, mengeluhkan teknis pelaksaan RKA agak merepotkan. Misalnya, penulisan rencana aktivitas yang masih menggunakan cara manual, sementara beberapa karyawan sudah terbiasa menulis laporan di komputer, di samping, terkadang penyediaan lembaran RKA terlambat beberapa hari.

Sebulan setelah lahirnya RKA, HRD mengeluarkan surat regulasi keterlambatan. Lahirnya surat ini sebagai respons dari kondisi makro yang tidak stabil yang berefek pada kondisi mikro perusahaan. Tujuan regulasi itu, antara lain, "Menjaga efektivitas waktu kerja dan menekan penggunaan waktu yang sia-sia," tulis HRD dalam surat bernomor 101/PENA-HRD/0608.

Surat regulasi keterlambatan itu memuat ketentuan-ketentuan keterlambatan, antara lain, (1) waktu toleransi untuk keterlambatan paling banyak adalah 2 jam untuk jangka waktu 1 bulan; (2) jika karyawan melebihi waktu toleransi keterlambatan 2 jam, maka karyawan yang bersangkutan harus mengganti waktu keterlambatan itu di luar jam kerja dengan mengisi form kompensasi dari Bagian HRD; (3) jika karyawan terlambat lebih dari 4 jam untuk jangka waktu 1 bulan, maka akan berakibat pada pemotongan uang transpor.

Regulasi keterlambatan ini, tak pelak, memantik kontroversi dari sejumlah karyawan Pena. Terutama karena dalam surat regulasi keterlambatan itu belum dijelaskan secara teperinci dan definitif: keterlambatan seperti apa yang dimaksud dengan terlambat. Misalnya, keterlambatan tanpa izin, atau keterlambatan dengan izin selama tidak melebihi tempo yang ditetapkan. Sementara itu, keterlambatan terencana atau keterlambatan karena musibah yang menimpa tiba-tiba, tidak disinggung di dalam surat itu atau dalam penjelasan yang menjabarkan ketentuan yang tertulis di dalam surat itu. Ataukah keterlambatan dalam surat itu berlaku untuk seluruh jenis keterlambatan, baik izin maupun tidak? Jika keterlambatan itu tidak berlaku bagi karyawan yang izin, keterlambatan seperti apa yang diperbolehkan untuk izin sehingga data keterlambatan perlu dianulir.

Belum lagi, pemberlakuan regulasi keterlambatan itu yang tidak lazim. Regulasi keterlambatan itu berlaku sejak 21 Mei 2008, sementara surat regulasi keterlambatan itu baru diterbitkan 13 Juni 2008. Salah seorang karyawan Pena memberikan catatan atas pemberlakuan regulasi yang tidak lazim itu dengan statemen bahwa tidak ada hukum yang berlaku surut: hukum selalu berlaku setelah hukum itu ditetapkan, bukan sebelum hukum itu ditetapkan.

Sementara itu, pada tanggal 16 Juli kemarin, HRD mengeluarkan memo tentang ketentuan kompensasi keterlambatan. Karyawan yang terlambat datang di kantor, menurut memo itu, akan dikenakan sanksi pemotongan gaji. Jumlah gaji yang akan dipotong disesuaikan dengan jabatan karyawan yang bersangkutan. Manajer: Rp100.000; Kabag; Rp50.000; Kasie: Rp35.000; Staf: Rp25.000.

"Ketentuan pemotongan gaji ini baru akan diberlakukan setelah Surat Keputusan mengenai hal itu diterbitkan," tegas HRD dalam memo itu.

Wacana ketentuan itu mengundang sejumlah pertanyaan dan reaksi yang beragam dari karyawan. Bagi sebagian karyawan, ketentuan pemotongan gaji bagi karyawan yang terlambat dinilai sebagai ketentuan yang wajar, mengingat seorang karyawan digaji oleh perusahaan untuk jam kerja yang telah ditentukan. Dalam koteks Pena, jam kerja itu adalah pukul 08.00 s.d. 17.00.

Namun, bagi karyawan yang lain, ketentuan itu dianggap terlalu memberatkan dan terlalu sadis, karena jika tujuannya adalah kedisiplinan, hal itu masih bisa ditempuh dengan cara lain, salah satunya dengan cara mengganti waktu keterlambatan dengan pekerjaan yang serupa, atau dengan mengguanakan cara yang lebih elegan yang bermuara pada win win solution: perusahaan dan karyawan sama-sama tidak ada yang dirugikan. Peraturan yang disampaikan melalui hati akan diterima dan dilaksanakan dengan hati pula!

Pertanyaan yang mengemuka dari beberapa karyawan pascawacana ketentuan pemotongan gaji itu adalah, antara lain, mempertanyakan standardisasi penentuan nominal pemotongan gaji: RP100.000, Rp50.000, Rp35.000, dan Rp25.000. Ada juga karyawan yang mempertanyakan ketentuan pemotongan gaji itu hanya berlaku bagi level manajer, kabag, kasie, dan staf, tetapi tidak berlaku bagi level direktur. Bukankah kepemimpinan itu adalah keteladanan. Ataukah ketentuan pemotongan gaji itu berlaku bak filosofi pisau dapur: tajam ke bawah dan tumpul ke atas?

Terlepas dari kontroversi itu, dalam pemantauan Segar secara acak, sejak diterbitkannya regulasi keterlambatan dan diwacanakannya ketentuan pemotongan gaji bagi karyawan yang terlambat, jumlah karyawan yang terlambat datang ke kantor semakin sedikit.

Bagaimanapun, ketentuan yang berlaku di lingkungan Pena perlu dukungan aktif dari seluruh pihak. Dukungan aktif tidak mesti hanya dengan cara menerima apa adanya, tetapi dapat dengan cara memberikan masukan sekiranya ada hal-hal yang perlu diperbaiki dari ketentuan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Toh, Pena menganut pola Open Management. Seluruh pihak bebas berpendapat dan menerima kritik konstruktif. Jika Pena maju, kita juga yang akan menikmatinya.

Cempaka Putih, 27 Juli 2008

(Oretan ini sebagai sumbangan data untuk dikontribusikan ke buletin Segar-nya Penerbit Pena, edisi II, Juli 2008)

Jumat, 25 Juli 2008

Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi

(Puisi Sapardi DD)

Pacaran Yuks…

Orang yang berpacaran, sering divonis sebagai orang yang melakukan perbuatan mungkar dan maksiat oleh sebagian—bahkan, oleh banyak—orang. Mereka tentu saja beralasan, setidaknya karena realitas membuktikan bahwa terdapat beberapa para pelaku pacaran yang tidak dapat memerhatikan nilai-nilai (terutama keislaman) bahkan melakukan hal-hal yang diinginkan (untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak dinginkan) :D. Sebut saja, mereka yang melakukan pacaran dengan berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi) dan melakukan perbuatan yang semestinya hanya diperbolehkan untuk dilakukan oleh orang-orang yang telah memiliki ikatan pernikahan yang sah.


Vonis tersebut, terasa tidak bijak, jika digeneralisasikan kepada seluruh pelaku pacaran. Hal itu karena ada realitas lain yang terjadi di dunia pacaran. Ada orang-orang yang melakukan praktik pacaran dengan tetap memerhatikan norma-norma dan nilai-nilai, baik mereka yang berpacaran jarak dekat maupun mereka yang berpacaran jarak jauh (baca: antarkota, atau bahkan antarnegara, yang tidak pernah kontak fisik).

Karena fenomena yang terjadi di sekeliling kita memotret para pelaku pacaran yang sering mojok di tempat yang sepi, bahkan beberapa media mengungkap beberapa pasangan yang hamil di luar nikah karena pacaran, kemudian muncullah sebuah vonis dari banyak orang bahwa pacaran adalah perilaku yang dapat merusak moral dan bertentangan dengan Islam. Karena itu, hukum pacaran adalah haram.

Ketika ditanya tentang hukum pacaran, sejatinya, kita tidak terburu-buru untuk menjawabnya. Justru, kita tarik napas sejenak untuk bertanya ulang kepada orang yang menayakan hukum pacaran itu. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan wajib, "Pacaran seperti apa yang Anda maksud?" Ya, sejatinya, kita menyepakati terlebih dahulu apa definisi pacaran. Setidaknya, kita harus mempertegas terlebih dahulu apa definisi pacaran, sebelum menetapkan hukum pacaran itu sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih.

Menurut definisi ini, tidak ada alasan untuk mengharamkan pacaran. Islam tidak pernah melarang seseorang untuk menjalin cinta dengan lawan jenis. Cinta adalah anugerah. Selama orang yang berpacaran dapat menjaga diri, menjaga norma, dan menjaga nilai-nilai, pacaran sah-sah saja.

Jika yang menjadi alasan orang yang mengharamkan pacaran karena ia melihat banyak orang yang berpacaran melakukan khalwat atau melakukan hubungan seksual di luar nikah atau perbuatan yang sejenis, sejatinya perbuatan seperti itu tidak harus hanya ditimpakan kepada orang yang berpacaran. Hal itu karena seseorang dapat melakukan khalwat dan hubungan seksual di luar nikah tanpa berpacaran; tanpa memiliki hubungan cinta kasih.

So, tetapkanlah hukum pacaran berdasarkan definisi, bukan berdasarkan fenomena atau realitas tertentu kemudian mengeneralisir seluruh fenomena atau realitas pacaran yang beraneka ragam.

Vonis haram dan maksiat terlalu kejam dialamatkan kepada mereka yang berpacaran dengan memerhatikan norma dan nilai Islam.

Di sisi lain, pacaran merupakan sarana untuk mengenal seseorang lebih dalam, demi menghindari penyesalan yang mendalam ketika masuk dalam jenjang pernikahan. Meyesal di kemudian tiada arti.


Tuhan mencipta pasangan untuk kita dari jenis kita sendiri adalah agar kita cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (QS. 30: 21)

Hemat saya, kita akan merasa cenderung dan tenteram kepada pasangan kita jika kita memiliki kecocokan jiwa dengan pasangan kita. Kita dapat mengetahui atau menjajaki kecocokan jiwa tersebut dengan cara mengenal lebih dekat sebelum menikah, yakni dengan cara berpacaran.

Tanpa mengenal lebih dekat calon pasangan Anda, sebelum menikah, ketenteraman yang Anda impikan bisa jadi hanya isapan jempol. Dan, tidak menutup kemungkinan, Anda akan menyesal seumur hidup.

Karena itu, pacaran merupakan salah satu solusi agar seseorang tidak merasa menyesal karena telah menikah dengan fulan atau fulanah.

So, pacaran adalah sebuah keniscayaan, jika tidak ingin dikatakan sebuah kewajiban :D

Selamat berpacaran!

(Oretan ini sy persembahkan untuk Agi dan Nai. Maju teruss! Kuakakaka. (Pisss! :D)

Kamis, 24 Juli 2008

Belajar Mendengar

Man ahsana al-istimâ'a, ta'ajjala al-intifâ'a
"Barang siapa yang paling baik dalam mendengarkan, dialah yang paling cepat dalam memperoleh manfaat."
(Ali bin Abu Thalib)

Mendengarkan dengan baik, dalam psikologi dikenal dengan istilah mendengar sepenuh hati. Mendengar (as-sam'u) dapat dilakukan oleh setiap manusia, bahkan hewan, yang tidak ada problem dengan pendengarannya (baca: tuli), tetapi mendengarkan atau mendengar sepenuh hati (al-istima') hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Salah satu bukti bahwa kita bisa mendengarkan, kita mampu memberikan tanggapan (response), bukan reaksi (reaction) terhadap lawan bicara kita. Reaksi dengan tanggapan adalah dua hal yang hampir sama, tetapi sebenarnya berbeda, dan kita sering kesulitan membedakannya.

Secara sederhana, reaksi bisa didefinisikan sebagai sebuah tindakan untuk menandingi atau untuk menghadapi tindakan sebelumnya maupun yang sedang terjadi (action). Sedangkan response adalah memberikan pehatian terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain dan berupaya memahaminya serta memberi umpan balik yang terbaik. Terlepas umpan balik itu bersifat positif atau negatif. Sikap yang reaktif membuat orang lain merasa disepelekan, tidak dianggap dan tidak didengar, sementara respons yang baik membuatnya merasa diperhatikan dan dihargai. Kalau kita memberikan respons, ia tidak akan merasa diabaikan pendapatnya ketika kita tidak menyetujui usulannya karena kita memerhatikan usulan-usulannya, harapannya, dan suara hatinya. Ia melihat ketidaksetujuan kita karena pertimbangan untuk mencapai kemaslahatan bersama, bukan karena tidak menghargainya. Akan tetapi, apabila menolak secara reaktif, ia akan merasa kita mau menang sendiri sehingga jangan kaget bila akhirnya ia berkomentar yang kurang enak didengar, misalnya “Ya udah, saya nggak usah ngomong, percuma saya ngomong kalau kamu nggak menganggap penting.” Sering kita mendengar bukan, ungkapan yang demikian?

Bagaimana agar kita bisa mendengarkan dengan baik? Agar bisa mendengar sepenuh hati, kiranya perlu belajar memberi tanggapan yang hangat (negatif maupun positif). Bukan mereaksi. Tanggapan yang hangat bisa ditunjukkan dengan kata-kata, atau bahasa tubuh. Memberikan tanggapan bisa dengan ekspresi wajah kita, gerak tubuh, atau sikap duduk kita. Sederhana bukan? Memang! Sangat sederhana! Yang tidak sederhana adalah menata hati untuk melaksanakannya. Telinga kita dua, sedangkan mulut cuma satu, tetapi alangkah sedikitnya kita menggunakan telinga.

Selain memberikan respons kepada lawan bicara, mendengar dengan baik dapat dibuktikan dengan memberikan empati (merasakan apa yang dialami oleh orang lain sebagaimana dia merasakan), memberikan perhatian yang hangat, dan membuka hati untuk menerima.

Jamies K. Van Fleet (1999) menawarkan lima teknik agar kita bisa mendengar sepenuh hati sehingga orang lain mau membuka diri dan mau berbicara dengan kita. Pertama, melihat kepada orang yang berbicara. Jangan sampai kita terusik oleh apa pun juga. Orang yang sedang berbicara akan segera mengetahui kurangnya perhatian kita dan akan kecewa karenanya. Kedua, tunjukkan minat pada apa yang ia katakan. Jangan ucapkan sepatah kata pun. Anggukkan saja kepala kita dan senyumlah jika perlu. Ketiga, condongkan badan ke arah orang itu. Ini menunjukkan kepedulian mendalam pada apa yang dikatakan oleh orang lain. Keempat, gunakan umpan balik agar ia tetap berbicara. Kita dapat menunjukkan kepedulian kita dan menjaga agar lawan bicara tetap berbicara dengan mengatakan hal-hal seperti 'WalLâhi'... oh, ya... saya tahu... itu memang benar. Kelima, ajukan pertanyaan bila perlu. Yang perlu kita lakukan hanya bertanya, "Lantas apa yang Anda katakan padanya?" atau, "Kemudian, apa yang Anda lakukan?" Itu sudah cukup untuk tidak membuat orang lain kecewa, dan menjaga agar orang itu tetap berbicara untuk jangka waktu tak terbatas.

Selain lima teknik yang tawarkan Jamies, Les Giblin (1995) menambahkan dua teknik lagi, untuk melengkapi teknik-teknik yang ditawarkan Jamies. Pertama, tetap mengikuti bahan percakapan si pembicara. Jangan mengganti bahan percakapan yang sedang dikemukakan orang lain sebelum dia selesai, tidak peduli apakah kita tidak sabar ingin memulai bahan percakapan baru. Kedua, gunakan kata-kata si pembicara untuk menyampaikan pendapat kita sendiri. Setelah orang lain selesai bicara, ulangi kembali kepadanya bebera hal yang dikatakannya. Ini bukan hanya membuktikan bahwa kita mendengarkan, melainkan juga merupakan cara yang baik untuk mengemukakan gagasan kita tanpa perlawanan. Awali beberapa komentar kita sendiri, dengan, "Sebagaimana yang telah Anda katakan..." atau, "Ini tepat seperti yang Anda katakan..."

Bila kita dapat berhasil mempraktikkan teknik-teknik mendengarkan yang ditawarkan oleh Jamies dan Giblin, berarti kita sudah menjadi pendengar sepenuh hati. Tindakan kita akan memberikan kesan positif pada lawan bicara. Bukan hanya itu! Mendengar sepenuh hati bukan hanya tidak mengecewakan orang lain, tetapi juga, "Anda akan disukai dan populer di mana pun Anda berada!" kata Jamies dengan penuh percaya diri.
***

Pembicaraan tentang mendengar sepenuh hati agar lebih sempurna, kita perlu menilik dan memeriksa—serta menghindari—beberapa hal yang dapat merusak "pendengaran" kita. Penilikan ini sangat penting, agar kita tidak sia-sia dalam mendengarkan.

Ibarat ibadah, meskipun kita sudah melakukannya dengan khusyu dan penuh kesungguhan, tetapi bila bercampur dengan syirik maka tak ada nilainya sama sekali. Begitu pula mendengar. Sekalipun kita tulus mendengarkannya, tetapi bila tak dapat menepis hal-hal yang merusak kebaikan mendengar maka kerelaan mendengar itu boleh jadi tidak membawa kebaikan.

Mohammad Fauzil Adhim (2002) mensinyalir, setidaknya ada lima faktor yang dapat membuat telinga tak bisa mendengar dengan baik. Pertama, memotong pembicaraan. Kesabaran untuk tidak memotong pembicaraan, telebih ketika yang berbicara kepada kita sedang dikuasai emosinya, akan meluluhkan sikap yang keras, meredakan gejolak amarah yang membakar, dan membangkitkan kebahagiaan pada hati yang sedang bersemangat. Kita, mungkin, masih ingat dengan seorang sahabat benama Uthbah yang datang hendak mematahkan semangat dan menjatuhkan Nabi Muhammad saw. dapat berubah secara mengejutkan karena kesabaran Nabi dalam mendengarkan dan sama sekali tidak memotong pembicaraan Uthbah.

Suasana psikologis yang paling tidak menyenangkan apabila kita sedang bersemangat sekali untuk bercerita, apalagi bila cerita itu sangat emosional, kemudian dipotong secara tiba-tiba. Bukan saja bisa membuat kita dongkol, pembicaraan yang terpotong tiba-tiba dapat menimbulkan situasi psikologis yang sangat tidak nyaman dan pikiran kita mengalami blocking. Kita tiba-tiba lupa akan apa yang mau kita bicarakan. Kita tiba-tiba mengalami transferensi atau pengalihan perasaan. Yang awalnya rasa tidak nyaman karena pembicaraan terpotong berubah menjadi kemarahan dan, bahkan, kebencian kepada orang yang memotong pembicaraan kita.

Kedua, menghakimi. Bila ada orang berbicara kepada kita, bersabarlah sejenak, usahakan untuk tidak menghakimi, apalagi menyalahkan. Menghakimi tanpa minta penjelasan (tabâyun) atau memvonis tanpa mendengarkannya sampai tuntas, akan mudah menyesatkan.

Ketika Rasulullah Saw. menghadapi pemuda yang datang kepada beliau untuk meminta izin berzina, Rasulullah Saw. tidak memberinya cap sebagai pendurhaka, tidak juga divonis sebagai penentang agama. Rasulullah Saw. memberinya kesempatan untuk berbicara. Dari sanalah beliau dapat mengarahkan pemuda tersebut kepada jalan kesucian tanpa perlu menyalahkan.

Ketiga, menerangkan. Saat percakapan berlangsung, kita mungkin sering mengalami, lawan bicara kita memberikan penjelasan atau komentar (ta'lîq) tidak perlu. Salah satu contoh penjelasan yang tidak perlu, tetapi sering terjadi di sekeliling kita, adalah ketika ada orang asyik menceritakan, "Waktu itu kak, saya belum tahu chating...?" Sebelum selesai berbicara, tiba-tiba lawan bicaranya menyahut, "Chating itu Mbak Siti, kan tinggal klik icon Yahoo Messenger, kemudian tulis ID dan Password, atau klik icon mIRC tulis nick dan chanel...."

Mari kita lihat kekeliruan yang terjadi pada percakapan tadi. Pertama, orang pertama sudah mengatakan bahwa ketidaktahuannya terjadi pada masa lalu. Frasa "waktu itu" menunjukkan bahwa saat ini dia sudah tidak lagi seperti waktu dahulu, dia sudah paham betul apa yang dulu dia tidak mengerti. Oleh arena itu, tidak perlu kita terangkan. Kedua, menerangkan perkara-perkara yang tidak perlu diterangkan justru menunjukkan satu di antara dua, atau bahkan kedua-duanya, yakni kesombongan atau kebodohan kita. Orang sombong menganggap orang lain berada di bawahnya sehingga ia ingin menunjukkan ketinggiannya, sedangkan yang bodoh berkata tanpa ilmu. Ia ingin menunjukkan kepandaiannya yang sangat sedikit, dan justru di situlah tampak betapa sedikitnya ilmu yang ia miliki.

Keempat, menasihati. Nasihat menasihati itu perintah agama; melaksanakannya merupakan kebaikan. Akan tetapi, ia berubah menjadi keburukan kalau kita tidak menyertai dengan cara yang tepat. Di antara sumber keburukan adalah hilangnya kesabaran. Kita tidak mampu menahan diri untuk manasihati. Bila kita mau mendengar sejenak, bisa jadi kita justru tak perlu memberi nasihat. Bersabarlah sejenak, bisa jadi orang yang akan kita beri nasihat sudah menyadari kekeliruannya.

Kelima, merasa tidak sabar. Tidak sabar mendengar bersumber dari keengganan untuk mendengarkan. Munculnya keengganan itu bisa karena ada hal yang lebih menarik bagi yang bersangkkutan, sedang tidak berminat untuk berbicara, atau karena tidak meminati isi pembicraan, atau bisa juga karena dia memang terbiasa tidak mendengarkan dengan baik.

Betapa sulitnya mendengarkan pada saat kita sedang berkeinginan untuk melakukan hal-hal lain. Semoga kita merupakan bagian dari "al-ladzina yastami'ûna al-qawla wa yattabi'ûna ahsanahu".

Nasr City, Kairo, medio 2003

Selasa, 22 Juli 2008

Menjemput Pasangan Setia

Saya sedang menerjemahkan buku yang memuat 60 langkah menuntun anak ke surga. Salah satu langkah yang ditawarkan oleh penulis buku itu adalah jika anak kita ingin menjadi anak yang baik dan berbakti, kita (saya belum termasuk bagian dari kita di sini karena saya belum mempraktikkan jurus-jurus jitu di dalam Arabic Kamasutra [salah satu buku best seller Penerbit Pena, yang lcetakan pertama ludes dalam satu pekan] sehingga belum memiliki anak, kuakakaka) harus memberikan keteladan yang baik bagi anak kita.

Anak kita men-copy paste diri kita. Kasarnya, jika kita—biasa—berbakti kepada kedua orang tua kita, anak kita—dijamin!—berbakti kepada kita. Perilaku anak kita ditentukan oleh perilaku kita. Kepribadian anak kita ditentukan oleh kepribadian kita. Rasulullah yang menjamin demikian. Penulis buku itu mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Haitsami, yang terjemahan bebasnya kurang lebih begini.


Berbaktilah kepada kedua orang tuamu, niscaya anakmu akan berbakti kepadamu. Jagalah kehormatanmu (dalam penafsiran saya, menjaga kehormatan adalah setia), niscaya pasanganmu akan menjaga kehormatannya.

Saya tertegun beberapa saat ketika membaca hadits tersebut. Seolah-olah Rasul ingin mengatakan bahwa jika kita menginginkan orang lain berbuat baik kepada kita, mulailah dari diri kita sendiri: berbuat baik kepada orang lain. Kita jangan pernah menuntut orang lain untuk tidak menyakiti kita (dalam segala jenisnya), jika kita tidak pernah jera untuk menyakiti orang lain. Kita jangan pernah mengemis orang lain menyayangi kita, jika kita tidak pernah membuka hati untuk menyayangi orang lain. Dan, seterusnya.

Kali kedua yang membuat saya tertegun membaca hadits tersebut karena hadits itu memberikan solusi atas permasalahan yang sering memenuhi benak sebagian besar dari kita: mencari kesetaian; mengapa pasangan saya selingkuh; mengapa pasangan saya tidak setia, dan pertanyaan lain yang senada. Solusi yang ditawarkan hadits itu cukup simpel. Jika pasanganmu tidak setia, segeralah kamu bertanya kepada diri kamu sendiri: sudahkan saya bersikap setia kepada orang lain, bahkan kepada diri sendiri!

Saya tidak sedang menulis bahan ceramah atau khotbah, saya hanya ingin membantu salah satu teman saya yang sedang mencari kesetiaan (piisss Muti... :D)

Oretan saya ini tidak ingin mengajak kita untuk memiliki asumsi, "Jika kita termasuk orang-orang yang tidak berbakti kepada orang tua, berarti orang tua kita tidak berbakti kepada kakek-nenek kita. Jika diri kita melakukan perselingkuhan, berarti karena pasangan kita tidak setia kepada kita." Kukakakaka :D

Khadz Mâ Shafâ wa Dha' Ma Kadar!

Jumat, 18 Juli 2008