Jumat, 21 November 2008

Jejak Langkah Menuju Keberhasilan

Banyak jalan untuk meraih keberhasilan. Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk meraih keberhasilan yang diimpikannya. Bisa jadi, setiap orang memiliki cara yang berbeda dengan cara yang digunakan oleh orang lain. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, seseorang sudah menggunakan banyak cara sebelum menemukan cara yang tepat untuk meraih keberhasilan. Bisa dengan belajar dari kesalahan-kesalahan (pengalaman) sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain yang telah suskes menggenggam keberhasilan. Setidaknya, menjadikan pengalaman orang lain itu sebagai bekal untuk menguak jalan menuju keberhasilan. Sebab, ada sebuah pameo mengungkapkan: experience is the best teacher 'pengalaman adalah guru yang terbaik'.

Salah satu cara untuk meraih keberhasilan adalah cara yang digunakan oleh Pak Ardy, seorang profesional yang telah bergelut di dunia bisnis selama 20 tahun. Menurut Pak Ardy, untuk dapat meraih keberhasilan ada beberapa langkah yang harus ditempuh. Berikut ini beberapa pointer yang sempat saya catat dari materi yang disampaikan oleh Pak Ardy pada acara "berbagi pengalaman" dengan teman-teman Tim Produksi Pena, pada Rabu, 19/11 kemarin (Kalo salah dikoreksi ya Pak Ardy, he3.)

Pertama, harus memiliki modal.
Orang yang ingin meraih kesuksesan, harus memiliki empat (4) modal berikut ini.
1. Paradigma.
2. Pola pikir (positif).
3. Motivasi.
4. Orientasi kerja.

Kedua, menyadari sesuatu yang tidak terelakkan. Seorang yang bergelut di dunia bisnis, harus menyadari dua hal yang tidak dapat ditawar sehingga kita harus dapat menyikapinya dengan baik dan benar. Dua hal yang tidak terlakkan itu:
(1) Waktu. Waktu merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar. Ia akan terus bergulir, dan kita—sebagai manusia—tidak dapat menghentikan lajunya. Kita harus dapat "mengendalikan" waktu dengan baik. Sebuah pepatah Arab mengatakan, al-waqtu kassaifi, in lam taqtha`hu, qatha'aka 'waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak menebasnya, ia akan menebasmu'. Seseorang yang ingin sukses harus benar-benar dapat mengelola waktu dengan baik karena seseorang memiliki batas usia dan tingkat produktivitas.
(2). Persaingan. Semakin hari semakin banyak lulusan luar negeri yang setiap saat dapat menggeser eksistensi kita jika kita tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Di samping itu, peluang seamakin luas. Karena itu, untuk menghadapi persaingan ini dengan sehat, kita harus agresif dan berkoneksi.

Ketiga, membuka mata atas fakta yang terlihat saat ini.
Fakta yang terlihat sekarang adalah hal penting yang tidak dapat diabaikan salah satunya. Bahkan, jika salah satu dari kedua hal penting itu gagal, besar kemungkinan akan mengancam salah satu hal penting yang lain. Dua hal penting itu adalah (1) tuntutan pekerjaan dan (2) tuntutan hidup.

Dalam menghadapi tuntutan pekerjaan, kita harus bekerja dengan efektif, memiliki multi skill, inovatif, inisiatif, dan selalu mengaupdate teknologi.

Sementara dalam menghadapi tuntutan hidup, kita harus menyadari bahwa biaya hidup tinggi dan serba penting. Tapi, tidak hanya cukup disadari, tapi juga harus diantisipasi:)


Keempat, memiliki paradigma yang benar, memiliki rencana yang tepat, menetukan pengetahuan dan ilmu yang harus dikuasai, dan mengetahui cara bertahan.

Paradgima yang benar dalam konteks pekerjaan adalah harus membedakan antara profesi dan pekerja sehingga kita dapat menentukan dan memilih kita mau menjadi profesional ataukah menjadi pekerja saja. Karena terdapat perbedaan yang mencolok antara profesional dan pekerja. Pekerja itu (1) fokus pada kegiatan, (2) pasrah/menolak perubahan, (3) berorientasi pada waktu dan upah, (4) mengikuti apa yang sudah ditetapkan, (5) berorientasi pada jangka pendek, dan (6) ada batas masa berlakunya.
Sementara profesional, (1) fokus pada keahlian, (2) mengantisipasi perubahan, (3) berorientasi pada hasil, (4) mengasah kreativitas, (5) berorientasi pada jangka panjang, dan (6) selalu dicari dan dibutuhkan.

Setelah memiliki paradigma yang benar, kita harus memiliki rencana yang tepat, yaitu dengan cara menentukan langkah berikut ini.
1. Membuat dan memiliki visi pribadi. Visi pribadi yang kita buat harus konkret dan solid, yang bisa dibuat dengan cara menyendiri sambil merenung, mendengarkan suara hati, menggunakan alat bantu yang bisa menimbulkan inspirasi, dan berdoa.
2. Membuat target. Target yang kita susun harus diterjemahkan ke dalam kegiatan nyata, yakni dengan cara melakukan tindakan nyata, lalu mengevaluasi kemajuan yang telah kita lakukan.
3. Mengelola waktu dengan baik. Ingat: al-waktu kassaifi, in lam taqtha`hu, qatha'aka 'waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak menebasnya, ia akan menebasmu'.

Jika kita sudah memiliki rencana yang tepat, kita harus mempelajari ilmu dan pengetahuan berikut ini.
1. Tingkatkan keahlian teknis dan nonteknis.
2. Keahlian memimpin.
3. Keahlian berkomunikasi.
4. Keahlian mengambil keputusan dan membuat kebijakan yang benar.
5. Keahlian berinteraksi dengan orang lain.

Ketika kita sudah menguasai pengetahuan yang harus kita miliki, kita harus menguasai cara bertahan. Pertahanan yang kukuh dapat dilakukan dengan menguasai hal berikut ini.
1. Berpikir positif.
2. Mengubah kegagalan menjadi batu loncatan untuk berhasil.
3. Mengatasi stres.
4. Mengambil risiko.

Teori tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak mewujudkannya dalam bentuk aksi. Mari kita melangkah mulai dari sekarang sambil mengingat pesan Pak Ardy: "Setiap orang yang memiliki sudut pandang, motivasi, dan cara yang positif akan lebih mudah dan ringan dalam menghadapi kehidupan." Bismillah!

Rabu, 19 November 2008

Give and Take

Ternyata, sudah banyak perkembangan pesat di lingkungan sekitar yang tidak mampu saya ikuti. Salah satunya, perubahan prinsip take and give ke prinsip give and take. Perubahan ini, bukan hanya sebatas pemindahan kata yang semula disebut terakhir (give) kemudian disebut pertama kali, menjadi give and take. Prinsip take and give cenderung membuat seseorang pasif dan menyesuaikan dengan lingkungan. Ia akan memberikan sesuatu sesuai dengan kadar yang telah ia terima dari lingkungannya. Tidak lebih. Disebut pasif, karena apa yang ia lakukan merupakan reaksi dari aksi yang dilakukan oleh orang lain.

Sementara prinsip give and take merupakan tindakan aktif yang berupaya memberi sesuatu kepada lingkungan tanpa memikirkan balasan yang akan diberikan oleh lingkungan. Meskipun mengharapkan balasan, setidaknya prinsip ini telah menggugah seseorang untuk memberi (apa pun), jika ia ingin menerima sesuatu yang setimpal. Pemberian yang diberikan berdasarkan inisiatif, sering mendapat balasan yang lebih banyak dari yang seharusnya.

Memberi yang saya maksud adalah memberi dalam pengertian yang seluas-luasnya. Bukan sekadar memberi dalam bentuk materi. Tetapi, masih dalam koridor memberi yang positif. Setidaknya, tidak merugikan orang lain. Bisa kontribusi ide, pemikiran, kritik konstruktif, gagasan, tenaga, dan sebagainya.

Tanpa mendapat balasan pun, ketika memberi orang yang memberi akan mendapatkan banyak hal positif. Orang yang memberi itu: lebih gembira (ada kepuasan batin karena sudah dapat membantu orang lain. Apalagi kalau pemberian yang ia berikan memang sangat diharapkan oleh orang lain), lebih mulia (tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah), lebih kuat, lebih semangat, lebih kreatif, lebih tawakal, lebih berani, lebih percaya diri, lebih berwawasan, berpengalaman, lebih ceria, lebih segar, lebih tenang, dan lebih sukses. lebih... lebih... dan lebih-lebih yang lainnya. Hanya poin-poin itu yang disampaikan oleh Pak Ardiansyah, salah seorang advisor PT Pena Pundi Aksara tempat saya memberi :) saat ini, dalam training untuk divisi produksi pada Selasa kemarin. Lebih-lebih yang lain pasti masih berserakan. Sebut saja, orang yang memberi akan lebih sayang dan lebih mendapat rasa sayang. Rasulullah saw. membenarkan dan menganjurkan lebih yang terakhir ini melalui sabda beliau,
Tahâdau, tahabbû 'saling memberilah, niscaya kalian semakin saling menyayangi'. (HR Baihaqi)

Yuks, kita mencari lebih-lebih yang lain :)