Sabtu, 21 Maret 2015
Buku, Kipas, dan Air
Rutinitas tidur jagoanku, Affan, dalam setiap hari tidak bisa lepas dari tiga hal: buku, kipas, dan air.
Buku, semisal 'Halo Balita' yang merupakan buku pembentukan karakter dan nilai-nilai pada anak, adalah buku wajib yang harus dibacakan menjelang tidur. Jika saya atau Bundanya mengarahkan Affan untuk tidur, baik tidur siang maupun tidur malam, Affan dengan sendirinya akan minta dibacakan buku.
Setelah dibacakan satu-dua, atau tiga buku, seringnya tidak lama kemudian Affan akan memasuki alam mimpinya :-)
Tapi, tidak semudah itu. Affan juga akan minta dikipasi, untuk mengantar dia sampai betul-betul terlelap. Kipas angin buatan neneknya di Pekalongan, menjadi rutinitas kedua yang tak boleh terlewatkan menemani jelang tidur Affan. Bahkan, di saat terbangun, kipas tangan sering menjadi penenang ampuh untuk membuat Affan kembali terlelap dalam tidurnya. Tentu bukan karena suhu tempat tidurnya terasa panas. Karena Affan harus selalu tidur di kamar dengan suhu dingin. Mungkin karena silir angin yang menerpa sekitar wajahnya, sehingga lambaian kipas tangan tersebut membuatnya ketagihan.
Air mineral termasuk bagian dari rutinitas menjelang dan atau saat Affan tidur. Hampir bisa dipastikan setiap kali tidur, Affan akan terbangun untuk meminta minum. Seringnya 3-4 kali. Tapi juga pernah sampai 7 kali. Karena durasi yang lebih panjang, kebutuhan minun ketika tidur malam lebih banyak daripada ketika Affan tidur siang.
Saya bersyukur karena Affan tidak suka--dan tidak kami perkenalkan--pada minuman selain air mineral. Sehingga menjelang Affan tidur, kami cukup menyiapkan sekitar setengah liter air mineral. Tidak terbayang repotnya (juga biayanya :-) kalau tiap menjelang atau di tengah-tengah tidur Affan harus minun susu, seperti yang dialami oleh beberapa anak saudara kami. Air mineral sehat dan hemat :-).
Minggu, 15 Maret 2015
Lebih Mudah dan Cepat Belajar Al-Qur’an
Selasa, 09 Oktober 2012
Mushaf Aljamil; Belajar Al-Qur’an dengan Mudah dan Murah
Penerbit : Cipta Bagus Segara, Jakarta
Cetakan : Pertama, September 2012
Halaman : ix + 631
Ukuran : 21 x 29 cm
Bahan Kertas : QPP
Harga : Rp97.000 (Full Colour)
Semakin hari, semakin banyak bermunculan varian produk Al-Qur’an yang memanjakan para pembaca Muslim tanah air. Produk yang variatif itu memberikan banyak pilihan alternatif kepada umat Islam, khususnya, di Indonesia untuk belajar, mengajarkan, dan mengamalkan Al-Qur’an dengan cara yang lebih mudah, praktis, dan cepat. Tak terkecuali kehadiran Mushaf Aljamil: Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, dan Terjemah Bahasa Inggris.
Mushaf Aljamil lebih unggul dibandingkan Mushaf lain yang sejenis. Setidaknya, dari tiga sisi: konten, kualitas bahan cetak dan tampilan, dan harga.
Pertama, konten Mushaf Aljamil memiliki enam kelebihan utama berikut ini.
- Khat Utsman Thaha. Tergolong khat yang paling enak dan mudah dibaca. Khat ini sudah disesuaikan dengan standardisasi Kementerian Agama RI, dengan ukuran khat lebih besar dan lebih terang daripada khat mushaf sejenis yang sudah beredar di tengah masyarakat.
- Terjemah Per Kata. Terjemah kata demi kata yang merujuk langsung pada terjemah standar Kementerian Agama RI. Sebagai sarana untuk mempermudah pembaca dalam memahami pesan-pesan Allah dalam Al-Qur’an, tidak hanya secara keseluruhan, tetapi kata demi kata, bahkan huruf demi huruf.
- Lima Tajwid Warna. Khat dilengkapi dengan lima warna yang berbeda sesuai hukum tajwid. Merah, magenta, cyan, hijau, dan biru. Lima warna yang mudah diingat, berdasar penelitian Lajnah Tashih Kementerian Agama RI.
- Terjemah Bahasa Inggris. Disajikan ayat demi ayat. Agar Mushaf ini lebih mudah dipahami dan dipahamkan kepada orang-orang yang berbahasa Inggris.
- Asbabun Nuzul. Memuat latar belakang diturunkannya suatu ayat. Mengetahui konteks diturunkkan suatu ayat dapat mempermudah pemahaman dan pengamalan pesan-pesan Al-Qur’an.
- Tesaurus. Memuat berbagai informasi dan wawasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, seperti keutamaan surah, keutamaan ayat, dan beberapa rahasia dalam Al-Qur’an.
Selain enam kelebihan utama tersebut, Mushaf Aljamil juga memuat beberapa kelebihan lainnya yang berkaitan dengan Al-Qur’an seperti Ilmu Tajwid Praktis, Etika Membaca Al-Qur’an, Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an, Indeks Doa dalam Al-Qur’an, Indeks Alfabet, dan Ulumul Qur’an (Wawasan seputar Al-Qur’an).
Kedua, Mushaf Aljamil dicetak full colour dengan menggunakan jenis kertas QPP: bahan kertas dengan kualitas terbaik yang jamak digunakan oleh penerbit-penerbit Al-Qur’an di Timur Tengah.
Ketiga, harga jual Mushal Aljamil sangat terjangkau karena dapat dimiliki dengan harga yang jauh lebih murah daripada Mushaf sejenis yang terbit di Nusantara.
Mushaf Aljamil sebagai jawaban atas keinginan masyarakat untuk memiliki Mushaf dengan konten bermutu, praktis, dan lengkap; kualitas bahan cetak dan tampilan yang terbaik, tetapi tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.
Selengkapnya di www.penerbitcbs.com atau www.quran-aljamil.blogspot.com
Minggu, 25 Maret 2012
Al-Qur'an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata
Al-Qur’an merupakan pegangan utama umat Islam. Al-Qur’an tidak hanya sebagai tuntunan hidup, Al-Qur’an juga sebagai ladang untuk memperoleh pahala sebanyak mungkin. Semakin sering seorang muslim membaca, memahami, mempelajari, dan menelaah Al-Qur’an, semakin banyak pahala yang akan dituainya.
Ketika seseorang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sekaligus mampu memahaminya, dia akan memperoleh pahala lebih besar daripada seorang yang sekadar bisa membaca. Orang yang bisa membaca sekaligus bisa memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an, akan lebih mudah mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mushaf At-Athayyib hadir sebagai jembatan umat Islam di Indonesia untuk mempermudah upaya agar dapat membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Mushaf At-Thayyib lahir dengan dua kekuatan utama: Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata. Transliterasi Per Kata yang terdapat di dalam mushaf ini—yang merupakan Al-Qur’an pertama di Indonesia dengan varian ini—sangat membantu para pembacanya untuk dengan mudah dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Transliterasi latin ini memudahkan pelafalan ayat Al-Qur’an dengan benar. Penulisan transliterasi latin ini sudah disesuaikan dengan bunyi dan pelafalan menurut hukum-hukum tajwid. Transliterasi per kata lebih mudah dan praktis dibaca daripada transliterasi model lainnya seperti transliterasi per ayat, per kalimat, atau per halaman. Sebab, pandangan mata orang yang membacanya tidak perlu berpindah ke sisi atau baris lain dalam sebuah halaman mushaf.
Sementara terjemah per kata, menuntun seorang muslim untuk dapat memahami seluruh kata dalam Al-Qur’an yang dibacanya. Dengan terjemah per kata, dia tidak hanya memahami kandungan Al-Qur’an secara umum, tetapi dia bisa memahaminya kalimat demi kalimat, kata demi kata, bahkan huruf demi huruf. Pengamalan yang baik terhadap pesan-pesan Al-Qur’an diawali dengan pemahaman yang benar terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.
Mushaf At-Thayyib, selain lahir dengan dua kekuatan utama tersebut di atas, juga dilengkapi dengan konten yang berkaitan dengan Al-Qur’an seperti Panduan Praktis Hukum Tajwid, Panduan Etika Membaca Al-Qur’an, Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an, Indeks Doa dalam Al-Qur’an, Indeks Tematik dalam Al-Qur’an, dan Wawasan Umum Seputar Al-Qur’an.
Mushaf At-Thayyib penting untuk dimiliki karena cocok untuk seluruh kalangan umat Islam di Indonesia pada khususnya: bagi mereka yang ingin memperlancar bacaan Al-Qur’an; bagi mereka yang ingin memperdalam pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an; bagi mereka yang ingin memperluas pengetahuan dan wawasan seputar Al-Qur’an. (Republika, 16 Maret 2012)
Judul : Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata “At-Thayyib”
Penerbit : Cipta Bagus Segara, Jakarta
Cetakan : Pertama dan Kedua, Maret 2012
Halaman : ix + 631
Bahan Kertas : QPP
Harga : Rp85.000
Senin, 05 Juli 2010
Arah yang Berbeda
Ketika mulut mengatakan "arah barat", sementara tangan menunjuk ke "arah timur" maka yang menjadi acuan adalah arah yg ditunjukkan tangan, bukan arah yang diucapkan oleh mulut :-)
Ungkapan ini pernah saya tulis dalam status fesbukku pada Sabtu (3/7/2010) kemarin. Saya tiba-tiba saja ingin menulisnya. Ungkapan itu boleh jadi menggambarkan seseorang yang panik sehingga keinginan mulut mengatakan arah barat diterjemahkan berbeda oleh tangan.
Tetapi, bukan itu yang saya maksudkan, tapi lebih dari itu. Sebagus apa pun retorika seseorang, semanis apa pun janji seseorang menjadi tidak berarti jika tidak dibuktikan dengan tindakan. Ucapan yang baik dan janji yang manis hanya akan menjadi bumerang jika tidak dibuktikan dengan perilaku atau tindakan. Sebab, pada akhirnya, orang lain itu akan menilai diri kita melalui perilaku kita, bukan melalui ucapan kita semata.
Karena itu, seyogianya kita berpikir seribu kali sebelum keinginan kita terucap menjadi sebuah janji. Mampukah kita mewujudkan janji itu dalam bentuk tindakan. Jika kita sudah yakin akan mampu untuk mewujudkannya, tanyakan sekali lagi. Lalu tanyakan sekali lagi. Jika kita yakin, baru kita menyampaikan janji itu. Itu pun disertai penjelasan dasar keyakinan kita mengapa berani berjanji. Penjelasan dasar keyakinan tersebut penting untuk disampaikan sebagai langkah preventif jangan-jangan janji yang kita ucapkan, yang telah kita yakini akan terwujud, tidak bisa diaplikasikan. Sehingga orang yang menerima janji tidak kecewa-kecewa amat.
Jangan sesekali berjanji kepada orang lain, jika kita sendiri ragu untuk dapat melakukan janji tersebut. Anda boleh menilai diri Anda berdasarkan pikiran dan rencana Anda, tetapi orang lain menilai diri Anda berdasar apa yang Anda lakukan.
Setelah kita mengucapkan janji dengan mantap, tetapi kita tidak mampu untuk melakukannya, karena alasan apa pun, kita bisa saja "ngeles" dan membuat alasan yang bermacam-macam. Sekali-dua kali kita tidak dapat menepati janji, mungkin orang yang menerima janji kita bisa memaklumi. Tetapi, jika itu dilakukan berulang-ulang, kita akan dicap sebagai orang yang hanya pinter ngomong aja, tapi gak pernah teralisasi. Pada gilirannya, siap-siaplah kita mendengar orang nyolot ketika kita berbicara, "Omdo!" [Omong doang!]
Di dunia, kita masih berkesempatan untuk berapologi atas setiap janji yang tidak bisa kita tepati, atas setiap kebohongan yang telah kita lakukan. Karena tidak ada satu orang pun yang dapat mendengar detak jantung kita, dan tidak ada seorang pun yang mampu membaca pikiran kita. Akan tetapi, di akhirat kelak, kesempatan itu tidak akan ada. Mulut kita dikunci. Hanya tanganlah yang bisa berbicara. Sedang kaki menjadi saksi atas seluruh perbuatan kita!
So, jika tangan kita hanya mampu menunjuk arah barat, mulut tak usah mengucap arah timur!
Kamis, 21 Januari 2010
Usia
Sebagai sebuah rahasia, seorang hamba tidak dapat mengetahui berapa jatah usianya untuk mampir di dunia fana yang sebentar ini. Kita tidak pernah tahu, kapan Malaikat Maut akan bertamu, meski tidak kita undang, untuk mencabut nyawa kita. Bisa tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, malam nanti, hari ini, atau sebentar lagi.
Memiliki obsesi yang tinggi dan kecintaan terhadap dunia sering membuat kita lupa bahwa maut itu bisa datang kapan saja. Tidak menunggu usia kita renta. Maut adalah sesuatu yang tidak pasti sekaligus pasti. Ya, tidak dapat dipastikan oleh manusia kapan maut itu kapan datang. Tetapi, maut dapat dipastikan datang menjemput manusia. Maut bisa datang dengan cara apa pun. Bisa didahului sakit, dan bisa tanpa sebab. Maut datang tiba-tiba, tanpa pamit.
Jika kita dapat mengetahui kapan usia seseorang akan berakhir, atau maut terlebih dahulu ketika ia hendak menjemput, tentu kita bersiap-siap terlebih dahulu untuk meninggalkan dunia ini. Menyelesaikan seluruh urusan duniawi, menambah bekal sebanyak-banyaknya untuk menghadapi kehidupan abadi, serta memohon ampun dari lumuran dosa.
Sayangnya, kapan usia kita berakhir tidak pernah diketahui, dan maut pun tak pernah pamit. Maut bisa saja menjemput kita pada saat beribadah, dan bisa saja ruh kita berpisah dengan jasad kita pada saat kita melakukan maksiat.
Kita tidak memiliki opsi dalam menghadapi usia. Opsi satu-satunya yang kita miliki hanya mempersiapkan diri untuk dipanggil menghadap-Nya, dengan bekal kebaikan sebanyak mungkin.
Sabtu, 03 Januari 2009
Gombal itu Halal Lagi..
Gombal yang notabene sebagai pujian, meskipun, konten dari gombal itu tidak sesuai kenyataan, ternyata diperbolehkan dalam agama. Gombal ataupun berbohong kepada pasangan, istri atau suami (dengan syarat dan ketentuan berlaku tentunya) tidak membuahkan dosa. Hal itu, mungkin, agama ingin mendorong seseorang untuk senantiasa membahagiakan pasangannya. Karena tidak selamanya berkata jujur itu membawa kemasalahatan. Ada kalanya seseorang perlu berbohong jika ternyata dengan berkata jujur hanya akan melahirkan konflik rumah tangga. Bolehlah seorang istri berkata bohong kepada suaminya yang baru saja menyajikan nasi goreng yang keasinan, dengan berkata, "Ga kok, ga keasinan. Enak kok."
Di samping agama memperbolehkan (1) seseorang untuk berbohong kepada pasangannya, istri atau suami, dengan tujuan membahagiakannya, agama juga memperbolehkan (2) seseorang berbohong pada saat peperangan, dan (3) berbohong untuk mendamaikan orang yang sedang bertikai.
Ibnu Syihab meriwayatkan, “Aku belum pernah mendengar Rasulullah memberikan dispensasi (keringanan) tentang suatu kebohongan yang diucapkan seseorang kecuali dalam tiga hal, yaitu peperangan, mendamaikan orang-orang yang berselisih, dan ucapan suami kepada istrinya atau ucapan istri kepada suaminya." (HR Muslim)
So, berbohonglah jika hal itu diperlukan dan dapat membawa kemasalahatan, selama berada dalam koridornya. ^-^