Selasa, 02 September 2008

Hidangan dari Tuhan

Hidangan dari Tuhan adalah terjemahan bebas dari kalimat maidah rahman. Pertama kali saya mengenal istilah maidah rahman ketika saya kuliah di Kairo. Maidah rahman adalah hidangan makanan gratis bagi orang yang berpuasa. Tidak hanya ta'jil, tetapi juga makanan berbuka lainnya. Menu yang disajikan beraneka ragam, bahkan ada yang sekelas hotel berbintang. Hidangan gratis itu dapat dipastikan disajikan di hampir setiap masjid di seantero Mesir. Bulan Ramadhan memang membawa berkah. Salah satunya, yang saya rasakan ketika itu, selama bulan Ramadhan tidak perlu mengepulkan dapur, tetapi perut dijamin membuncit selama bulan Ramadhan. Karena hidangan untuk buka puasa dan saur sudah tersedia. :D

Belum lagi pada sepuluh hari terakhir, harus pasang kuda-kuda untuk memburu zakat di masjid-masjid "potensial" di beberapa masjid dan di lembaga sosial kemasyarakat. Pikir saya sederhana, daripada zakat itu jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab. Konon, ketika itu, saya termasuk salah satu dari 8 golongan yang berhak menerima zakat, sebagaimana dijelaskan di dalam surah at-Taubah, ayat 60. Tapi, alasan yang paling tepat sih, karena kere :D

Hidangan dari Tuhan itu, ternyata, saya temukan di Jakarta juga. Ga jauh-jauh. Di dekat kantor tempat saya belajar sehari-hari. Tepatnya, di Masjid Al-Arif.

Menjelang buka puasa pada hari pertama bulan Ramadhan, teman sekatorku yang juga alumnus Kairo, menginformasian (lebih tepatnya mengajak kali ya. Betul kan Gus? :D) kepada saya bahwa di Masjid Al-Arif disediakan hidangan untuk buka bersama.
"Maidah Rahman, men?" tanyaku semangat.
"Betul," jawabnya.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung siap-siap menuju masjid. Saya mendadak rajin shalat magrib di masjid. :D

Itung-itung mengenang Maidah Rahman waktu jadi mahasiswa di Al-Azhar dulu. Duh, padahal alasan yang paling tepat dalam rangka efesiensi. Sekarang kan di mana-mana lagi musim efesiensi. Apalagi, bentar lagi mo mudik. Harga barang-barang pada melonjak, dan—pasti—transportasi ga mau kompromi. So, harus pinter-pinter menabung biar bisa lebaran bareng orang tua. Coz, di sini ga bisa berburu zakat seperti di Kairo dulu, hehehe.

3 komentar:

Muhsin mengatakan...

foto cp tu?

Nien mengatakan...

wah enak bangeeeeeeettt, kemaren itu waktu buka puasa sama adek2 kelas, waw mantap. ada gorengan2, spageti, baso, nasi, es buah, kolak, dll dll dll dll ampe gabisa jalan

Unknown mengatakan...

Berbahagia sekali dapat sarapatn degan kalimat-kalimat Antum...
Namun sayang saya semakinlapar ...